Sikapi Kendala PJJ, SMPN 40 Purworejo Bentuk Pokjar

Sikapi Kendala PJJ, SMPN 40 Purworejo Bentuk Pokjar

MAGELANGEKSPRES.COM,PURWOREJO - Pola pembelajaran yang semula tatap muka kini berganti menjadi pembelajaran jajak jauh (PJJ) akibat adanya pandemi Covid-19. Kondisi tersebut disikapi oleh SMPN 40 Purworejo dengan membuat terobosan berupa pembentukan kelompok belajar (Pokjar). Kepala SMPN 40 Purworejo, Himawan Susrijadi, mengatakan bahwa kebijakan PJJ secara daring telah dilakukan sekolahnya sejak terjadi pandemi. Namun, dalam pelaksanaannya kerap terjadi kendala sehingga munculah gagasan untuk membentuk Pokjar. “Memang pengamatan kami ada kendala selama pembelajaran daring itu,\" katanya, Sabtu (8/8). Menurutnya, kendala tersebut antara lain terkait jaringan internet. Seperti di Pituruh, tidak seluruh wilayah terjangkau sinyal internet. “Padahal dalam pembelajaran daring, inovasi guru, sekolah, dan infrastruktur jaringan internet menjadi tumpuan utama,” sebutnya. Selain itu, lanjutnya, situasi ekonomi masyarakat sedang terpukul akibat pandemi. Jangankan membelikan android baru, untuk sarana belajar anak saja butuh perjuangan. “Bahkan beli paket data pun kadang kesulitan,\" lanjutnya. Pembelajaran daring juga memiliki kekurangan karena ada bagian pendidikan karakter yang sulit ditransmisikan kepada anak lewat sarana teknologi. Padahal, guru yang kerap diterminologikan dengan digugu dan ditiru, dituntut mampu membentuk karakter anak. “Dengan melihat langsung kebiasaan, kesopanan, keteladanan, dan wibawa guru dalam mengajar, kemudian diaplikasikan dalam hidup sehari-hari. Pola itu tidak mudah dilakukan dalam pola PJJ,\" jelasnya. Lebih lanjut diungkapkan bahwa SMPN 40 mencoba membuat terobosan untuk memenuhi kebutuhan internet siswa dengan meminta dukungan pemerintah desa. Kegiatan itu secara simbolis dilakukan di Desa Kesawen, Sumampir, dan Ngampel. Selain menyampaikan surat, Himawan memasang stiker pencegahan Covid-19 di kantor desa. \"Kami berkirim surat resmi, meminta dukungan dari Pemdes, agar anak-anak kami diberi izin menggunakan internet desa untuk mengakses pembelajaran daring,\" ungkapnya. Keberadaan Pokjar diyakini mampu memudahkan koordinasi anak dalam mengikuti PJJ. Pokjar dibentuk di tiap desa dengan anggota siswa yang tinggal di satu wilayah beranggotakan 5 hingga 10 anak. \"Pokjar mengikuti pembelajaran online, lalu ketika ada anak yang tidak paham materi, guru mapel turun ke desa memberi penjelasan,\" terangnya. Pola PJJ dan pokjar SMP 40 tetap mengedepankan penerapan protokol kesehatan. Siswa dan guru wajib memakai masker, menjaga jarak, memakai face shield dan hand sanitizer. Himawan berharap, program tersebut dapat menjadi pengisi kekosongan dari pembelajaran daring. Ilmu akan lebih mudah dipahami siswa dan transfer pendidikan karakter pun tetap dapat dilaksanakan meskipun terbatas. \"Guru juga lebih bersemangat karena sejatinya mereka sangat menikmati proses berbicara secara langsung di hadapan anak didiknya,\" tandasnya. (top)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: