Soma Manis, Tradisi Petani di Dusun Tanggung, Temanggung Usai Menggarap Lahan
![Soma Manis, Tradisi Petani di Dusun Tanggung, Temanggung Usai Menggarap Lahan](https://magelangekspres.disway.id/assets/default.png)
TEMANGGUNG, MAGELANGEKSPRES.COM - Sebagai wujud rasa syukur dalam menggarap lahan pertanian, warga di Dusun Tanggung, Desa Tanjungsari, Kecamatan Tlogomulyo menggelar sebuah prosesi budaya adat turun-temurun bernama Tradisi Soma Manis. Kepala Dusun Tanggung, Timbul Basuki mengungkapkan, tradisi Soma Manis merupakan ritual tahunan yang rutin diikuti oleh ratusan warga, khususnya mereka yang bermata pencaharian utama sebagai petani. Menariknya, setiap budaya ini dihelat, masing-masing keluarga pasti memasak makanan khas berbahan baku nasi seperti ketupat dan tumpeng bucu untuk kemudian disantap bersama-sama setelah didoakan. Lebih jauh dijelaskan, Soma Manis merupakan wujud rasa syukur warga setempat yang mayoritas bercocok tanam setelah semuanya selesai menggarap lahan yang mereka miliki. Selain sebagai wujud rasa syukur atas hasil panen yang telah didapat, ritual ini juga dimaksudkan sebagai bentuk pengharapan mereka agar pada masa tanam hingga panen berikutnya rezeki yang didapat melimpah serta penuh berkah. “Jadi Tradisi Soma Manis ini digelar setiap tahun sekali biasanya bulan Februari karena pada Januari seluruh proses bertanam sudah selesai semua. Ini telah berlangsung secara turun-temurun. Kami yang mayoritas bertani merasa bersyukur atas limpahan panen yang telah didapat selama setahun trakhir. Sekaligus berharap agar panen ke depan lebih melimpah dan senantiasa dikaruniai keselamatan,” urainya. Lanjutnya, terdapat beberapa hal unik dari tradisi Soma Manis. Selain seluruh warga memasak ketupat atau bucu yang berbahan utama beras hasil panen, mereka juga berbondong-bondong mengeluarkan lauk-pauk khas berikut berbagai jajanan pasar untuk kemudian didoakan bersama-sama di gedung pertemuan setempat. “Rangkaian acaranya berlangsung selama dua hari. Malamnya para warga menggelar lek-lekan atau begadang semalam suntuk, paginya mereka datang berkumpul membawa berbagai makanan khas untuk didoakan,” imbuhnya. Usai doa bersama, menurut Basuki, sebagian warga membawa makanan-makanan yang telah didoakan ke sawah masing-masing. Makanan ini ditempatkan dalam takir-takir kecil yang terbuat dari daun pisang. “Tidak semuanya, hanya sebagian kecil saja kalau sekarang. Soalnya tradisi menempatkan makanan di sawah itu adalah budaya Islam Abangan. Kalau sekarang sudah banyak warga yang moderat,” ujarnya lagi. Lebih jauh dijelaskan, hari Soma Manis yang berarti Senin Legi dalam penanggalan kalender Jawa dipilih bukan tanpa sebab. Pasalnya, hari itu dipercaya merupakan Hari Kemerdekaan Sapi yang sejak dahulu merupakan mitra petani dalam menggarap sawah. Yakni proses membajak lahan. “Dari dulu, sejak nenek moyang kami memang Senin Legi menjadi hari spesial bagi sapi-sapi yang membantu membajak sawah. Jadi, sembari sapi beristirahat, petani melakukan ritual meminta keselamatan dan berkah,” pungkasnya. (riz)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: