Pemkab Temanggung Rencanakan Tutup Sejumlah Pasar Hewan Seiring Temuan Kasus yang Diduga Mirip PMK
RAMAI. Pasar hewan di Kecamatan Kranggan mulai ramai pada hari pasaran. (Foto:setyo wuwuh/temanggung ekspres)-magelang ekspres-magelang ekspres
TEMANGGUNG - Pemerintah Kabupaten TEMANGGUNG akan segera mengambil langkah terkait dengan rencana penutupan sejumlah pasar hewan di kabupaten setempat.
"Dalam minggu-minggu ini akan segara kami rapatkan apakah akan dilakukan penutupan pasar hewan atau tidak," kata Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Temanggung Hary Agung Prabowo, Senin (6/6).
Dikatakan, rapat akan dilakukan bersama dengan pemangku kepentingan seperti, Dinas Kesehatan, Dinas Tanaman Pangan, Pertanian dan Peternakan, Polres dan Kodim 0706 Temanggung.
"Sudah saya sampaikan ke bapak Bupati rencana rapat ini," katanya.
Ketika ditanya apakah sudah ada temuan kasus penyakit mulut dan kuku (PMK), Agung mengatakan, laporan dari dinas terkait memang sudah ditemukan adanya kasus yang diduga mirip dengan kasus PMK.
Namun katanya, untuk mengetahui kepastian dari temuan tersebut, dinas terkait sudah mengambil sampel darah untuk diperiksa di laboratorium.
"Informasi dari laporan dinas terkait sudah ditemukan kasus yang diduga mirip dengan PMK apakah positif atau negatif masih menunggu," jelas Agung.
Sebelumnya Kepala Dinas Tanaman Pangan Pertanian dan Peternakan Kabupaten Temanggung Joko Budi Nurtanyo mengatakan, ciri-ciri hewan ternak yang mengalami PMK di antaranya, ari liur yang keluar dari mulut berlebihan, demam sangat tinggi, dan tiba-tiba sapi atau hewan ternak lainnya tidak mau makan.
"Pertama air liur berlebihan, memang sapi pasti keluar air liur karena itu dibutuhkan untuk proses pencernaan, tapi tidak banyak sampai netes kotos-kotos, ini merupakan salah satu ciri yang bisa langsung dilihat," jelasnya.
Ia mengimbau, jika sudah dijumpai kondisi itu pada sapi, maka langsung buka saja mulutnya, dipastikan sudah ada luka di dalam mulutnya atau tidak.
"Kalau sudah ada luka atau seperti sariawan, itu harus segera ditangani, setelah itu akan mengalami demam yang tinggi 39,5 derajat," katanya.
Apalagi lanjutnya, jika sapi tiba-tiba tidak mau makan itu juga menjadi salah satu gejala, jika susah tidak mau makan sama sekali. Maka penanganannya juga juga harus berbeda. Jika sudah mengalami kondisi seperti ini, maka harus segera diisolasi.
Menurutnya, risiko terbesar dari PMK ini adalah penularannya, sedangkan tingkat kematian dari PMK ini juga tidak banyak.
"Kalau sariawan makan pasti malas, penanganannya juga berbeda, langsung diisolasi, dipisah dari hewan lainnya. Sedangkan tingkat kematian 5 persen, tapi untuk penularannya hampir 100 persen, sehingga yang harus diantisipasi adalah penularannya," pesan Joko. (set)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: magelangekspres.com