Harga Kopi Gelondong Merah Tertinggi Sejak 2000 Lalu
![Harga Kopi Gelondong Merah Tertinggi Sejak 2000 Lalu](https://magelangekspres.disway.id/upload/5ddee1f1fb35b79f65c20e48131c6d16.jpg)
JEMUR. Salah seorang petani kopi sedang menjemur kopi pada panen raya tahun 2022 ini. (foto:setyo wuwuh/temanggung ekspres)-Petani Kopi-Magelangekspres.com
TEMANGGUNG - Panen kopi tahun 2022 ini menjadi berkah tersendiri bagi petani kopi arabika di Kabupaten Temanggung. Pasalnya harga jual kopi gelondong merah basah (chery kopi) tembus Rp13.500 per kilogram.
Harga ini merupakan harga tertinggi sejak petani kopi arabika di Temanggung khususnya di Desa Tlahab Kecamatan Kledung, mulai menanam kopi pada 2000 lalu.
"Ini harga yang tertinggi, sebelumnya paling mahal di kisaran Rp9.000-Rp10.000 per kilogram, dengan catatan wajib petik merah," tutur Ahmad (32) salah satu petani kopi.
Menurutnya, tingginya harga kopi ini dikarenakan, panen raya kopi arabika di Desa Tlahab turun hingga 60 persen dari tahun-tahun sebelumnya. Padahal saat ini banyak pedagang yang memburu kopi arabika asli Temanggung.
"Yang beli kopinya banyak, jadi persaingan harganya sangat bagus, kondisi seperti ini sangat menguntungkan petani. Semoga saja kedepan selalu seperti ini," harapnya.
Dijelaskan, turunnya produksi kopi arabika saat ini dikarenakan cuaca yang terjadi sejak akhir tahun 2021 lalu sangat tidak menentu. Intensitas hujan cukup tinggi sehingga berpengaruh pada produksi kopi.
Menurutnya, kopi mulai produksi sekitar bulan Desember, setelah sebelumnya berbunga terlebih dahulu pada bulan September hingga Oktober. Namun karena seringnya turun hujan, sehingga bakal buah banyak yang membusuk.
"Apalagi kalau hujan malam hari, banyak bakal buah yang kemudian menjadi busuk dan menghitam kemudian gugur," jelasnya.
Sehingga lanjutnya, produksi kopi arabika di panen raya tahun ini turun hingga 60 persen, bahkan ada yang lebih dari 70 persen. Misalkan pada kondisi normal dalam satu batang tanaman kopi bisa memproduksi 12 kilogram, saat ini paling banyak hanya di kisaran 3 sampai empat kilogram.
Itupun lanjutnya, panennya tidak sekali, karena untuk mendapatkan kualitas kopi terbaik harus petik merah, sedangkan untuk petik merah waktu lebih lama dan tidak bisa serentak.
Jiman (43) petani lainnya juga menuturkan hal yang sama, meskipun harga kopi saat ini mahal, namun produksi menurun, sehingga pendapatan petani dari kopi ini masih belum sesuai harapan.
"Untung saja harganya mahal, kalau tidak mungkin tidak dipetik sama petani, karena belum tentu setiap pohon berbuah," tuturnya.(set)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: magelangekspres.com