Kemeriahan Lomba Roket Terkendali 2022, Poin Dihitung Ketika Parasut Berhasil Mengembang

Kemeriahan Lomba Roket Terkendali 2022, Poin Dihitung Ketika Parasut Berhasil Mengembang

MELUNCUR. Salah seorang siswa menerbangkan roket terkendali di Stadion Moch Soebroto dalam ajang Kompetisi Roket Terkendali Kota Magelang tahun 2022, Kamis 29 September 2022.(foto : larasati setya/magelang ekspres)--Magelangekspres.com

MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID- Semangat berinovasi dan pemanfaatan teknologi bagi pelajar tingkat sekolah menengah pertama (SMP) sederajat di Kota Magelang terus didorong melalui kompetisi Lomba Roket Terkendali 2022. Kegiatan kompetisi ilmiah pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) menjadi langkah baru dalam mengedukasi dan mengekspos generasi muda dengan contoh-contoh yang tepat untuk menerapkannya.

Teriakan sorak sorai memenuhi Stadion Moch Soebroto, Kota Magelang, Kamis (29/9). Sekumpulan anak-anak berseragam sekolah itu bersorak menyemangati peserta kompetisi Roket Terkendali yang diadakan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Magelang.

Setiap tim, berhak mengajukan tiga siswanya untuk mempersiapkan peralatan roket terkendali. Tiga anak ini terlihat cukup sibuk.

Satu orang menata posisi roket, anak lainnya memompa dan memasukkan air ke dalam roket agar dirasa tepat saat meluncur.

Guru pendamping juga sibuk meneliti derajat kemiringan roket. Dengan kerja sama tiap tim yang terdiri dari tiga siswa dan satu guru pendamping itu mereka kompak melakukan persiapan dengan penghitungan dan ketepatan waktu.

Begitu aba-aba dari panitia diteriakkan, roket pun meluncur ke angkasa. Saat tenaga pompa air ini habis, maka roket akan turun. Pada posisi turun inilah mestinya parasut roket mengembang.

Hal itu yang memberikan perbedaan dengan kontes roket air yang biasa digelar Pemkot Magelang sebelum pandemi Covid-19 melanda. Lomba roket air kini diganti dengan roket terkendali, dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.

Sebanyak 30 tim atau 118 peserta yang terdiri dari tiga siswa dan satu guru pendamping SMP dan MTs se-Kota Magelang baik negeri maupun swasta turut terlibat memeriahkan kompetisi itu. Lomba ini bekerja sama dengan Institut Sains dan Teknologi (IST) AKPRIND Jogjakarta.

Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan, Bappeda Kota Magelang, Didin Saepudin mengatakan, roket terkendali tersebut sudah dirancang dengan sistem mulai dari GPS, tekanan, suhu, hingga kecepatan.

"Berbeda dengan kompetisi sebelumnya, kali ini yang dinilai adalah ketepatan, keakuratan, dan mengembangnya parasut. Salah satu aspek keberhasilan dari roket terkendali adalah terbukanya parasut sehingga aspek visual tersebut menjadi poin yang penting," kata Didin Saepudin di sela-sela kompetisi ini.

Dia menjelaskan, roket 400 ml dan 40 bar terbang di atas 50 meter akan masuk pada salah satu poin penilaian. Namun, poin utamanya ketika roket turun dan parasut akan mengembang.

“Yang paling susah itu mengembangkan parasut di waktu yang tepat. Banyak tadi yang gagal mengembang karena teknik klik di smartphone-nya telat, teknik menggulung parasutnya bisa juga tidak sesuai, makanya nggak ngembang,” papar Didin.

Khusus kompetisi ini, pihaknya menyediakan hadiah hingga Rp13 juta terdiri dari juara 1, 2, dan 3 ditambah juara harapan satu hingga juara harapan tiga.

“Para juara ini selain berhak mendapat uang pembinaan, juga akan menerima piagam dan sertifikat dari Walikota Magelang dan partisipasi dari Kepala Bappeda Kota Magelang,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelangekspres.com