Menandai Hari Pahlawan, Sejarah Palagan Magelang yang Hampir Terlupakan

Menandai Hari Pahlawan, Sejarah Palagan Magelang yang Hampir Terlupakan

TAK TERAWAT. Bekas dapur umum sekaligus Markas BKR di Kampung Tulung Kota Magelang kini kondisinya sangat memprihatinkan.(foto : wiwid arif/magelang ekspres)--Magelangekspres.com

KOTA MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID –Menandai peringatan Hari Pahlawan 10 November. Peristiwa Palagan Magelang merupakan salah satu peristiwa penting bagi sejarah Kota Magelang yang hampir terlupan.  Peristiwa berdarah ini mengisahkan pertempuran warga Magelang dengan para penjajah yang memperebutkan wilayah Kedu sebagai bagian dari Republik Indonesia.

Koordinator Kota Toea Magelang (KTM), Bagus Priyana mengutarakan pendapat tentang kurangnya perhatian pemerintah dan masyarakat dalam mengenang peristiwa yang terjadi pada 31 Oktober sampai 2 November 1945 di Magelang itu.

“Banyak yang belum mengetahui peristiwa ‘tiga hari berdarah’ itu, jujur melihat hal tersebut rasanya miris,” ungkap Bagus pada Rabu, 9 November 2022.

Bagus bercerita bagaimana pergolakan di berbagai daerah terjadi. Mulai dari pertempuran 5 hari di Semarang, Palagan Ambarawa, Bandung Lautan Api, hingga pertempuran Surabaya. Termasuk peristiwa di Magelang yang disebut dengan Palagan Magelang.

"Palagan Magelang ini menjadi salah satu peristiwa penting pascaproklamasi yang terlupakan sejarah, karena kita hanya mengenal peristiwa di Semarang, Ambarawa, Bandung, Jogja, dan Surabaya saja. Padahal, peristiwa di Magelang tak kalah besarnya," tambah Bagus.

Ia mengatakan, titik awal pertempuan bermula dari tuntutan pemuda yang ingin menjadikan wilayah Kedu masuk ke bagian RI.

“Para pemuda kemudian melakukan gerakan dengan menempelkan plakat merah putih di sepanjang jalan dan gedung tanda kemerdekaan,” tutur Bagus.

Akibat dari gerakan yang dilakukan oleh perkumpulan pejuang tersebut, tanggal 23 September 1945, terjadilah penyobekan salah satu plakat oleh tentara Jepang. Para pemuda menyatakan sikap tidak terima dan menuntut keadilan.

“Hal inilah yang menjadi pergolakan massa,” tegas Bagus.

Tidak hanya itu, pada saat para pejuang menyelesaikan pengibaran bendera di puncak Gunung Tidar pada 25 September 1945, terjadilah penembakan yang menewaskan 5 orang.

“Selanjutnya, pada bulan Oktober, isu tentara terbunuhnya tentara Jepang menyeruak. Sebanyak 7 truk berisi 100 orang tentara Jepang menginvasi wilayah Magelang,” kata Bagus.

Selain serangan dari tentara Jepang, terjadi insiden penggeledahan dan penembakan oleh tentara Gurkha dan Inggris.

“Korban dari tragedi sadis ini adalah hilangnya nyawa pejuang dan masyarakat sebanyak 42 orang,” ungkap Bagus.

Bagus menuturkan peristiwa Palagan Magelang akhirnya pecah pada 31 Oktober hingga 2 November 1945.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelangekspres.com