Tangkap Peluang Pasar, Mahasiswa Polbangtan Kementan Olah Lidah Buaya Hasil Pekarangan Warga

Tangkap Peluang Pasar, Mahasiswa Polbangtan Kementan Olah Lidah Buaya Hasil Pekarangan Warga

Produk makananan dan minuman kekinian, inovasi empat mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta – Magelang (Polbangtan YoMa) Kementan dengan memanfaatkan hasil pekarangan warga.--

TEMANGGUNG, MAGELANGEKAPRES.DISWAY.ID - Menjalani pembelajaran Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di Kabupaten Temanggung, 4 mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta – Magelang (Polbangtan YoMa) Kementan memanfaatkan hasil pekarangan warga. Mereka mengolah lidah buaya menjadi produk makananan dan minuman kekinian.

Hal ini sejalan dengan program Kementan untuk meningkatkan nilai guna pekarangan. Menteri Pertanian (Mentan) SYL kerap mendorong upaya meningkatkan pemanfaatan pekarangan rumah sebagai sumber pangan keluarga. Pasalnya, upaya ini merupakan salah satu strategi menjaga ketahanan pangan, terutama di masa pandemi Covid 19.

“Dalam kondisi krisis seperti Covid-19 ini, pertanian menjadi jawaban untuk bisa survive. Tidak perlu lahan besar, kita manfaatkan lahan di pekarangan kita. Jadi di pekarangan ini semua orang bisa bertani,” ujar Mentan Syahrul.

Di mata 4 mahasiswa ini, pekarangan menjadi peluang besar mendapatkan penghasilan. Karena di tangan petani milenial, inovasi dapat terus dikembangkan sesuai animo pasar.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menekankan pentingnya petani milenial sebagai socioagripreneur untuk melakukan inovasi dan mengubah mindset dengan pemanfaatan teknologi dari produksi hingga pengolahan hasil dan distribusi. 

"Inovasi tidak hanya berasal dari hasil penelitian laboratorium saja tetapi juga bisa dari uji coba pengalaman para petani-petani sukses. Hal ini yang menjadi contoh untuk generasi muda pertanian lainnya. Petani yang rajin mengadopsi inovasi teknologi akan berkembang lebih maju dan modern dibandingkan dengan petani yang tidak mengadopsi teknologi", papar Dedi.

Bergabung dengan Kelompok Wanita Tani (KWT) Mekar Sari Dusun Jurangsari, Desa Soropadan, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung, mahasiswa Polbangtan YoMa mempelajari inovasi produk berbahan dasar lidah buaya. 

Sebagai pendamping mahasiswa, Fitriyati, Ketua KWT Mekar Sari menuturkan dirinya mengawal mahasiswa untuk memanfaatkan hasil pekarangan warga.

“Warga kami focus pada tani pekarangan. Setiap rumah diwajibkan menanam lidah buaya dan daun kelor sebagai nilai gizi. Kami ajak mahasiswa untuk mengolah lidah buaya agar mempunyai nilai tambah.” tutur Fitri.

Dimulai dengan identifikasi potensi wilayah, mahasiswa diajak melihat potensi lidah buaya yang berlimpah di pekarangan warga. Mereka kemudian mengolahnya menjadi bermacam – macam aneka makanan dan minuman berbahan dasar aloe vera atau lidah buaya.

“Setiap 1 mahasiswa diwajibkan menghasilkan 1 produk baru. Mereka sudah berproses dari mulai identifikasi potensi, hingga percobaan pengolahan produk. Membuat produk memang membutuhkan waktu. Tidak langsung berhasil. Harus uji coba. Sehingga hasilnya bisa dinikmati sekarang.” lanjut Fitri.

Dari kegiatan ini, 4 mahasiswa berhasil menciptakan 4 varian olahan lidah buaya. Mukhamad Bagas Kurniawan merilis minuman Jamali (Jahe, Madu, Lidah Buaya), Banyu Putra Kalimantara merilis minuman Goguma, Novanti Diva Ragil Sripadma menciptakan task juice, dan Fida An Nabila mengeluarkan stik Lidah Buaya-nya.

Untuk dapat merebut pasar, mereka membentuk jejaring, menginisiasi media sosial, membangun kelembagaan, hingga aspek pemasaran. Fitri menyebutkan produk mahasiswa saat ini telah masuk ke tahapan pemasaran. 

Menurut salah satu mahasiswa, Mukhamad Bagas Kurniawan, telah menerima order rutin dari konsumen. Hal ini menunjukkan animo pasar yang cukup tinggi pada produknya. Bahkan Ia sedang mengajukan izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: humas polbangtan kementan