Petani Tembakau Kena 'Prank' Pabrikan Lagi

Petani Tembakau Kena 'Prank' Pabrikan Lagi

MERAWAT. Salah seorang petani tembakau di Kecamatan Bansari sedang merawat tembakau pada musim tanam 2022 ini. (foto:setyo wuwuh/temanggung ekspres)--Magelangekspres.com

TEMANGGUNG, MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID - Panen raya tembakau 2022 telah berlalu. Harapan besar petani saat panen raya berlangsung pupus sudah. Pasalnya hingga akhir panen raya harga tembakau tidak menunjukkan adanya kenaikan.

Kondisi ini tidak hanya dialami petani tembakau di lereng Gunung Prahu saja, melainkan juga dialami oleh petani di lereng Gunung SIndoro dan Gunung Sumbing. Dari awal panen hingga akhir panen pabrikan tidak menaikkan harga beli tembakau.

"Tahun ini merata, semua petani merasakan pahitnya panen tembakau," ungkap Rajiman salah satu petani di Kecamatan Kledung, Minggu, 14 November 2022.

Ia menuturkan, di awal panen raya, tembakau grade C hanya dibeli Rp30.000-Rp35.000 per kilogram, padahal jika kondisi normal cuaca bagus harga bisa di atas itu.

Tidak cukup sampai di situ, saat kualitas tembakau mulai membaik masuk ke grade D, D+, E dan bahkan ada yang F, tidak ada kenaikan harga tembakau yang signifikan. Tahun ini harga jual tembakau tertinggi hanya Rp60.000-Rp70.000.

"Hanya petani tertentu saja yang harga jual tembakaunya sampai dengan Rp60.000 sampai Rp70.000, yang merata di petani Rp45.000 sampai dengan Rp55.000," keluhnya.

Padahal kata Agus petani tembakau asal Kecamatan Tlogomulyo, biaya tanam hingga panen raya saat ini cukup mahal. Dalam satu hektar tanaman tembakau setidaknya membutuhkan modal Rp50 juta sampai dengan Rp70 juta.

Biaya tersebut katanya, belum termasuk sewa tanah dan tenaga pemilik yang tidak pernah dihitung, sehingga dengan harga jual tersebut petani rugi besar.

"Satu hektar produksi tembakau keringnya antara 800 kg sampai dengan 1,000 kg, tergantung dari tanamanya. Nah jika dikalikan rata-rata harga jual tembakau Rp50.000 saja masih rugi, apalagi kok sekarang rata-rata harganya di bawah itu," keluhnya.

Mujianto petani lainnya di Kecamatan Selopampang juga menuturkan hal yang sama. Dalam tiga tahun terakhir ini harga jual tembakau sama sekali tidak menguntungkan petani. Dua tahun lalu karena alasan corona, sedangkan sekarang lantaran cuaca yang tidak menentu.

"Ada saja alasan dari pabrikan untuk membeli tembakau dengan harga murah, kalau dilihat kualitasnya juga tidak jelek-jelek banget, masih kering dan aromanya juga bagus," tuturnya.

Menurutnya, petani tembakau saat ini selau kalah dengan pihak pabrikan. Pemerintah yang seharusnya menjadi pengayom bagi masyarakat terutama petani tembakau juga tidak terlihat berupaya membantu masalah petani.

Padahal lanjutnya, petani tembakau dalam perekonomian, tidak hanya di daerah tembakau saja namun secara nasional juga ikut membantu pemerintahan. Hanya saja saat petani tembakau tertimpa kesulitasn tidak ada yang turun tangan membantu.

Bahkan pemerintah terus berupaya menaikkan tarif cukai, yang mana jika tarif cukai tembakau ini naik maka akan sangat berimbas pada harga jual tembakau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelangekspres.com