Bayu, Sineas Indonesia yang Sabet SSGI Kirimkan Pesan Untuk Film Maker Muda
--
MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID – Sinematografer, Bayu Prihantono Filemon, menambahkan satu cacatan prestasi membanggakan di kancah internasional. Melalui gelaran Singapore International Film Festival (SGIFF) ke-33, putra anggota Komisi B DPRD Kota Magelang, Marjinugroho, membawa pulang penghargaan Film Pendek Asia Tenggara lewat “Vania on Lima Street”.
“Sebenarnya , penghargaan itu bonus, yang diperlukan ada konsistensi dalam pembuatan sebuah film,” ungkap Bayu kepada wartawan, 30 Desember 2022.
Bayu mengatakan, seorang filmmaker memiliki peran yang cukup berat. Pernyataan itu disebabkan lewat beban yang diampu seorang pembuat film dari tahap pengembangan cerita hingga pasca produksi membutuhkan waktu yang cukup panjang.
“Pengerjaan naskah sendiri bisa memakan waktu yang cukup lama, bahkan saat naskah cerita sudah siap, belum ada dukungan untuk produksi. Tidak hanya itu, saat persiapan telah matang pun, kondisi cuaca tidak bersahabat. Bisa dilihat lewat film terbaru Avatar, James Cameron (Sutradara) bisa menghabiskan waktu bertahun-tahun,” tandas dosen Universitas Multimedia Nasional itu.
Amanat itu menjadi poin penting kepada seluruh sineas muda dalam mempertahankan eksistensi sebuah karya film. Bayu menuturkan, konsistensi dan persistensi adalah bekal yang harus dibawa oleh pembuat film.
“Karena banyaknya tantangan itulah dibutuhkan tekad yang kuat dan ketekunan. Ibaratnya mempertahankan lebih sulit dari pada memulai. Apalagi 2022 ini tahunnya film Indonesia, banyak exposure dari pihak luar yang mengapresiasi film buatan Indonesia ,” ujar Bayu.
Hal tersebut turut dibuktikan melalui banyaknya pameran bertaraf internasional yang menampilkan film-film dari Indonesia. Terlebih lagi, platform besutan AS, Netflix juga kerap menanyangkan film karya sutradara Indonesia seperti Impetigore, Satan Slaves, hingga The Big 4 yang berhasil puncaki Netflix Global.
Dalam mempertahankan kegigihannya dalam menghasilkan buah karya, ahli visual yang terjun ke dunia fim mulai 2007 itu, selalu berangkat dari kehidupan dan pengalaman masyarakat sekitar atau local wisdom.
“Sederhana aja mengangkat dari pengalaman dan kondisi sekitar, kadang penonton ingin tahu hal hal sekiar yang jarang di angkat. Nilai yang ingin disampaikan pun agar filmnya mudah diterima dan dinikmati penonton,” tambah Bayu.
Rencananya, Bayu sedang fokus mengerjakan film panjang keduanya yang berkisah tentang musik.
“Saat ini masih pembuatan naskah ceritanya, jika tidak halangan dan dana yang mendukung proses produksi dilakukan di tahun 2023,” pungkas Bayu. (mg4).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: