Fenomena El Nino Ancam Sektor Pertanian Di Purworejo,Stok Pangan Dipastikan Aman

Fenomena El Nino Ancam Sektor Pertanian Di Purworejo,Stok Pangan Dipastikan Aman

PANEN PADI. Petani di wilayah kecamatan Banyuuri melakukan panen padi masa tanam kedua.-EKO SUTOPO-MAGELANG EKSPRES

PURWOREJO, MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID - Fenomena alam El Nino melanda Indonesia, termasuk wilayah Kabupaten Purworejo dan berdampak pada turunnya volume air hujan.

Pada sektor pertanian, kondisi itu akan sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman pangan, terutama padi.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Purworejo, Hadi Sadsila, memastikan bahwa stok pangan terutama beras di daerah ini aman, meskipun fenomena El Nino masih mengancam seluruh wilayah. Saat ini Purworejo sudah berhasil melewati masa panen pada masa tanam kedua di tahun 2023.

BACA JUGA:Dari Total 742 Haji Asal Purworejo, Dua Orang Meninggal Dunia di Tanah Suci

"Kalau ancaman, jelas El Nino menjadi ancaman bersama. El Nino ini terjadi pada musim kemarau, yakni pada masa tanam ketiga. Sedangkan kita sudah punya stok di dari hasil panen masa tanam pertama dan kedua. Sehingga stok pangan kita cukup aman meskipun El Nino mengancam," kata Sadsila saat di konfirmasi pada Rabu (9/8).

Disebutkan, Purworejo memiliki cadangan lahan pertanian padi seluas 26 ribu hektar. Dari luasan lahan tersebut, 18 ribu hektar di antaranya efektif berproduksi. Pada setiap musim panen, per hektar bisa menghasilkan gabah sebanyak 6,8 ton.

Setiap masa panen, lanjut Sadsila, produksi gabah di Purworejo ditaksir mencapai 1,2 juta ton. Sehingga dari panen masa tanam pertama dan kedua tahun 2023 jumlah produksi gabah di Purworejo mencapai 2,4 juta ton.

"Stok beras di Purworejo kalau tidak dikirim keluar kita sebetulnya surplus. Jadi saat El Nino melanda, stok kita aman. Di sisi lain stok gudang Bulog pun saat ini cukup terjaga," sebutnya.

BACA JUGA:PT Energi Eleska Pratama Gratiskan Sertifikasi Kompetensi Ketenagalistrikan

Terkait El Nino, belum ada pihak yang dapat memberikan prediksi tentang seberapa lama fenomena alam tersebut akan bertahan. Puncak El Nino diperkirakan terjadi pada Agustus yang ditandai dengan peningkatan suhu panas saat siang hari serta rendahnya curah hujan.

Hadi Sadsila khawatir hal ini akan berdampak pada mundurnya masa tanam ketiga tahun 2023, akibat berkurangnya debit air pada sumber irigasi.

"Kalau debit air berkurang otomatis mengganggu masa tanam. Kalau saluran irigasi mengering petani tentu tidak bisa tanam. Masa tanam ketiga kemungkinan akan mundur," ungkapnya.

Lebih lanjut pihaknya mengimbau para petani agar beradaptasi terhadap fenomena El Nino ini. Saat debit air berkurang, petani diminta lebih efektif dalam penggunaan air agar tetap bisa menanam dan menikmati hasil panen di masa tanam ketiga. (top)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelang ekspres