Ustadz Syafiq Riza Basalamah Beberkan Siapa Umat Islam Terbaik dan Apa yang Dilakukan?

Ustadz Syafiq Riza Basalamah Beberkan Siapa Umat Islam Terbaik dan Apa yang Dilakukan?

Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A.--

MAGELANG EKSPRES - Ustadz Syafiq Riza Basalamah menjelaskan siapa umat Islam terbaik, generasi terbaik yang disebutkan Allah dalam Al Quran. Yakni  orang yang beramar ma'ruf nahi mungkar, tidak hanya diam ketika melihat kemungkaran.

Dalilnya, Allah berfirman yang artinya,
"Kamu adalah orang yang terbaik dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali Imran: 110)

Dalam ayat ini  Allah 'Azza wa Jalla mengungkapkan tentang umat terbaik, umat Islam ini. Allah menyindir bagaimana kondisi Ahlul Kitab yang mereka menolak keimanan kepada Allah 'Azza wa Jalla. Ada sebagian yang masuk Islam. Dan Allah menyebutkan tentang umat terbaik ini.

Apa yang dikerjakan oleh umatnya, sehingga mendapatkan predikat terbaik? Allah sebutkan karena mereka beramar ma'ruf. Tidak diam ketika melihat kemungkaran terjadi.
 
Menurtut para ulama ada kaidah-kaidah penting dalam amar ma'ruf nahi mungkar yang harus dipaham :

1. Syariat Islam menjadi tolak ukur ma'ruf dan mungkar

Bukan tradisi, bukan budaya, bukan kebiasaan. Sebab, banyak di negeri kita kemungkaran-kemungkaran menurut syariat yang dianggap ma'ruf, sehingga muncul istilah kearifan lokal. Ini ma'ruf, lokal itu ma'ruf, di daerah ini ma'ruf.
 
Tapi sebagai seorang muslim, agama Islam ini agama yang universal. Allah mengatakan tentang Nabi-Nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam [ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ ] rahmatan lil'alamin. Kemudian Allah mengatakan tentang kitab-Nya [ تَنْزِيْلٌ مِّن رَّبِّ الْعَالَمِيْنَ ] "diturunkan dari Rabbul ‘Alamin". Artinya, hukum-Nya untuk semua manusia.

Syarat orang yang hendak melakukan amar ma'ruf nahi mungkar itu harus berilmu, agar dia tidak menyuruh kecuali kepada yang ma'ruf dan tidak mencegah kecuali yang mungkar. Kalau tidak, akan timbul masalah besar.
 
Misalnya,  ada orang tua yang mengingkari anaknya karena resign dari bank riba. Menurutnya, kerja di bank itu ma'ruf, tidak ada masalah selama ini. Sebagian orang tua juga ada yang kebingungan tatkala mendapati anaknya berjenggot, bahkan dia menyuruh anaknya untuk memotong jenggotnya. Kenapa? Karena dalam pandangan orang tuanya, jenggot ini mungkar. Dan namanya kemungkaran harus diubah, harus dihilangkan.
 
Maka terjadi bolak balik ini, karena orang tidak paham mana yang ma'ruf dan mana yang mungkar. Maka kaidah yang pertama, tolak ukur/standar sesuatu itu dianggap ma'ruf dan sesuatu itu dikatakan mungkar adalah syariat Allah 'Azza wa Jalla.  
 
2. Seorang yang melakukan amar ma'ruf nahi mungkar, harus paham, mengerti dan berakhlak mulia

Jangan sampai dia itu menyuruh kepada yang ma'ruf, tapi menimbulkan kemungkaran gara-gara salah cara.  
 
3. Mengetahui syarat-syarat mengingkari kemungkaran                                     

Syarat-syarat mengingkari kemungkaran harus dipelajari, sehingga kita tidak salah.  

4. Mengetahui tahapan-tahapan mengingkari kemungkaran

Ada tahapannya yang harus dipelajari. Maka seorang yang melakukan amar ma'ruf nahi mungkar mau tidak mau dituntut untuk belajar.  
 
5. Taqdimul aham 'alal muhim

Yakni mendahulukan yang lebih penting daripada yang penting. Misalnya, kita melihat saudara kita merokok dan tidak shalat. Mana yang seharusnya yang kita ikhtiar terlebih dahulu, rokoknya dia atau shalatnya? Tentunya shalatnya dia. Karena shalat ini yang akan mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Kalau shalatnya baik, InsyaaAllah kemungkaran yang dia lakukan bisa dia jauhi.
 
6. Melihat maslahat (kebaikan) dan mafsadah (keburukan)                              

Lalu kapan kita mengingkari dan kapan diam? Sebab terkadang mengingkari kemungkuran akan menimbulkan kemungkuran yang lebih dahsyat. Hal seperti ini yang tidak boleh dalam agama. Sehingga dalam kondisi tertentu, membiarkan kemungkaran terjadi itu disyariatkan. Membiarkan kemungkaran, kalau ditakutkan bisa menimbulkan kemungkaran yang lebih besar.  
 
7. Tidak terburu-buru                                                 

Hendaknya kita kroscek dterlebih dahulu  ketika hendak mengingkari kemungkaran. Bertanya terlebih dahulu. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam ketika melihat seorang sahabat masuk masjid dan kemudian dia langsung duduk, Nabi 'Alaihis-shalatu wassalam tidak menyuruh dia shalat tahiyatul masjid! Nabi bertanya dulu, apakah engkau sudah shalat?

Mungkin ketika berceramah, Nabi 'Alaihis-shalatu wassalam tidak melihat dia ketika shalat. Maka Nabi 'Alaihis-shalatu wassalam bertanya, Engkau shalat, enggak? Belum, katanya.  Setelah tahu dia belum shalat, maka Nabi ‘Alaihis-shalatu wassalam baru memerintahkan kepada dia untuk shalat.

 Jadi penting untuk memahami kaidah-kaidah, syarat-syarat, tahapan-tahapan, sehingga tujuan kita beramar ma'ruf nahi mungkar mendapatkan hasil yang maksimal. Jangan sampai kita berharap mendapatkan ma'ruf ternyata malah kemungkaran yang terjadi.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelang ekspres