Kalau dengan Harta, Anda Belum Mampu Mendekatkan Diri pada Allah, Ustadz Adi Hidayat : Cek Hartamu

Kalau dengan Harta, Anda Belum Mampu Mendekatkan Diri pada Allah, Ustadz Adi Hidayat : Cek Hartamu

Kalau dengan Harta, Anda Belum Mampu Mendekatkan Diri pada Allah, Ustadz Adi Hidayat : Cek Hartamu--

MAGELANG EKSPRES-Orang yang mendapatkan harta dengan cara yang halal pasti perilakunya berbeda denga orang yang cara mendapatkan harta dengan cara yang bermasalah.

Kata Ustadz Adi Hidayat, harta yang halal akan memudahkan seseorang melakukan kemudahan. Berbeda dengan harta yang haram bisa menyebabkan seseorang sulit mendekatkan diri pada Allah Ta'ala.

"Jalannya akan lain, harta halal akan mudah mengantarkan Anda pada yang baik-baik, ke masjid gampang, baca Al Qur'an ringan, tahajud ringan," jelas Ustadz Adi Hidayat.

BACA JUGA:Buku All You Need is Less : Kurangi 6 Hal Ini untuk Membantu Kamu Sukses Ala Helmy Yahya

Menurut Ustdaz Adi Hidayat, apabila seseorang berhasil mengumpulkan harta yang berlimpah namun justru tak membuatnya semakin dekat dengan ketaatan pada Allah Ta'ala berarti harta tersebut bermasalah. "Demi Allah, saya katakan, kalau harta yang anda kumpulkan belum mampu mendekatkan diri pada Allah berarti ada yang kurang berkah dengan pendapatan di harta Anda itu," ungkap Ustadz Adi Hidayat.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan doa agar kita senantiasa makan yang halal dan dijauhkan yang haram.

Doa Dicukupkan yang halal, dijauhkan dari yang haram

اللَّهُمَّ اكْفِني بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ ، وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ
سِوَاكَ

Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu. (HR. Tirmidzi, no. 3563; Ahmad, 1:153; dan Al-Hakim, 1:538. Hadits ini dinilai hasan menurut At-Tirmidzi. Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaliy menyetujui hasannya hadits ini sebagaimana dalam Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin, 2:509-510).
Dalam mencari rezeki, kebanyakan kita mencarinya asalkan dapat, namun tidak peduli halal dan haramnya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam jauh-jauh hari sudah mengatakan,

لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِى الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ ، أَمِنْ حَلاَلٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ

Akan datang suatu zaman di mana manusia tidak lagi peduli dari mana mereka mendapatkan harta, apakah dari usaha yang halal atau yang haram. (HR. Bukhari no. 2083, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu).

Hal itulah yang akhirnya menjadikan budak dunia. Menghalalkan segala cara  tanpa pernah peduli aturan. Inilah mereka yang disebut dalam hadits,

تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَالدِّرْهَمِ وَالْقَطِيفَةِ وَالْخَمِيصَةِ ، إِنْ أُعْطِىَ رَضِىَ ، وَإِنْ لَمْ يُعْطَ لَمْ يَرْضَ

Celakalah wahai budak dinar, dirham, qothifah (pakaian yang memiliki beludru), khomishoh (pakaian berwarna hitam dan ada bintik-bintik merah). Jika ia diberi, maka ia rida. Jika ia tidak diberi, maka ia tidak rida. (HR. Bukhari, no. 2886, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu).

Kemudian Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,

وَهَذَا هُوَ عَبْدُ هَذِهِ الْأُمُورِ فَلَوْ طَلَبَهَا مِنْ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ إذَا أَعْطَاهُ إيَّاهَا رَضِيَ ؛ وَإِذَا مَنَعَهُ إيَّاهَا سَخِطَ وَإِنَّمَا عَبْدُ اللَّهِ مَنْ يُرْضِيهِ مَا يُرْضِي اللَّهَ ؛ وَيُسْخِطُهُ مَا يُسْخِطُ اللَّهَ ؛ وَيُحِبُّ مَا أَحَبَّهُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَيُبْغِضُ مَا أَبْغَضَهُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ

Inilah yang namanya budak harta-harta tadi. Jika ia memintanya dari Allah dan Allah memberinya, ia pun rida. Namun ketika Allah tidak memberinya, ia pun murka. Abdullah (hamba Allah) adalah orang yang rida terhadap apa yang Allah ridai, dan ia murka terhadap apa yang Allah murkai, cinta terhadap apa yang Allah dan Rasul-nya cintai serta benci terhadap apa yang Allah dan Rasul-Nya benci. (Majmuah Al-Fatawa, 10:190).

BACA JUGA:5 Keutamaan Maulid Nabi Menurut Pendapat Para Ulama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: