Shalat Rebo Wekasan Tak Pernah Diajarkan Rasulullah, Ini Nasehat Ustadz Firanda Andirja

Shalat Rebo Wekasan Tak Pernah Diajarkan Rasulullah, Ini Nasehat Ustadz Firanda Andirja

Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc, M.A.--

MAGELANG EKSPRES - Shalat Rebo Wekasan yang biasa dilakukan oleh sebagian umat Muslim di Tanah Jawa tujuannya untuk  menolak musibah. Sebab, ada keyakinan bahwa pada Rebo Wekasan atau Rabu terakhir di bulan Safar atau bertepatan dengan Rabu 13 September 2023 ini bakal terjadi musibah yang besar. Sehingga mereka melakukan Shalat Rebo Wekasan untuk menolak musibah tersebut.

Padahal Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat tak pernah mengajarkan dan melakukan Shalat Rebo Wekasan. Termasuk para ulama sunnah yang masih hidup hingga saat ini juga tak pernah melakukan amalan tersebut.

Ustadz Firanda Andirja menyebutkan ada sebuah sebuah ibadah, yang dinamakan Shalat Rebo Wekasan. Shalat tersebut dilakukan di akhir bulan Safar karena  mereka meyakini bahwa hari itu akan banyak musibah. "Maka untuk  menghilangkan musibah tersebut dilakukan Shalat tolak bala yang dinamai dengan  Shalat Rebo Wekasan," kata Ustadz Firanda.

Lalu dari mana Shalat tersebut? "Dari saya nonton di youtube, seorang dai mengatakan seorang syech dapat ilham. Kalau itu benar lakukan, tapi kalau tidak juga tidak apa-apa. Ini berarti ilham membuat syariat baru. Saya katakan ini bid'ah dibangun di atas kesyirikan," ungkapnya.

Mengapa Ustadz Firanda menganggap kesyirikan? Sebab, menganggap hari Rabu itu sial merupakan tathayyur. Dan menurut Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam tathayyur itu adalah kesyirikan.     "Apalagi  Rasulllah Shallallahu 'alaihi wa sallam bilang tidak ada kesialan di bulan Safar namun mereka menganggap ada kesialan di bulan Safar yakni di minggu terakhir hari Rabu. Dan agar terhindar dari kesialan tersebut maka orang melakukan Shalat tolak bala," sebut Ustadz Firanda.

Jika Anda meyakini bakal terjadi kesialan atau musibah, seperti musibah pada hari Rabu pada akhir bulan Safar yang sebenarnya tidak ada hubungan dengan musibah atau kesialan tersebut maka itu disebut tathayyur. Dan tathayyur itu termasuk kesyirikan.

Apa Makna tathayyur?

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan makna tathayyur seperti dalam hadist dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :

الطِّيَرَةُ شِركٌ ، الطِّيَرَةُ شِركٌ ، الطِّيَرَةُ شِركٌ ، وما منا إلا ، ولكنَّ اللهَ يُذهِبُه بالتَّوَكُّلِ

“Thiyarah adalah kesyirikan, thiyarah adalah kesyirikan, thiyarah adalah kesyirikan. Dan setiap kita pasti pernah mengalaminya. Namun Allah hilangkan itu dengan memberikan tawakkal (dalam hati)” (HR. Abu Daud no. 3910, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).

Menurut Ibnul Qayyin ath thiyarah juga disebut at tathayyur. Artinya merasa sial karena suatu pertanda yang dilihat atau didengar.(Miftah Daris Sa’adah, 3/311).

Namun, sebagian ulama membedakan ath thiyarah dengan at tathayyur. Al Qarafi rahimahullah mengatakan bahwa at tathayyur artinya sangkaan dalam hati bahwa akan terjadi kesialan. Sedangkan at thiyarah adalah perbuatan yang dihasilkan dari tathayyur, yaitu berupa lari atau perbuatan lainnya” (al Furuq, 4/1367).

Contoh tathayyur

Jika seseorang ketika hendak pergi keluar rumah kemudian tiba-tiba ia kejatuhan cicak. Lantas timbul dalam hatinya perasaan bahwa ia akan sial karena telah kejatuhan cicak sebagai penanda kesialan. Inilah tathayyur. Jika ia mengurungkan niatnya untuk pergi, inilah thiyarah. Ini semua adalah kesyirikan, sebagaimana Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam katakan dalam hadits di atas. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelang ekspres