Kekeringan di Mana-mana, Shalat Istisqa'! Inilah Panduan yang Diajarkan Rasulullah
Kekeringan di Mana-mana, Shalat Istisqa'! Inilah Panduan yang Diajarkan Rasulullah--
MAGELANG EKSPRES - Musim kemarau panjang menyebabkan penduduk sejumlah wilayah di Indonesia mulai kekurangan air, baik untuk memenuhi kebutuhan hidup, tanaman maupun hewan ternak.
Kekeringan yang terjadi akibat kemarau panjang juga menyebabkan tumbuh-tumbuhan mati kekurangan air. Banyak orang berharap hujan bisa segera turun.
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam telah memberikan contoh umatnya agar melakukan shalat Istisqa' yakni meminta pada Allah Ta'ala agar segera diturunkan hujan. Para ulama sepakat shalat Istisqa' termasuk yang disunnahkan ketika terjadi kekeringan akibat kemarau panjang.
Di antara dalil yang menunjukkan disyariatkannya shalat Istisqa’ adalah hadits Abdullah bin Zaid. Beliau berkata,
خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِلَى الْمُصَلَّى وَاسْتَسْقَى وَحَوَّلَ رِدَاءَهُ حِينَ اسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ. قَالَ إِسْحَاقُ فِى حَدِيثِهِ وَبَدَأَ بِالصَّلاَةِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ ثُمَّ اسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ فَدَعَا
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar ke tanah lapang dan beliau hendak melaksanakan istisqa’ (meminta hujan). Beliau pun merubah posisi rida’nya 1 (yang semula di kanan dipindah ke kiri dan sebaliknya) ketika beliau menghadap kiblat. (Ishaq mengatakan), “Beliau memulai mengerjakan shalat sebelum berkhutbah kemudian beliau menghadap kiblat dan berdoa”.
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam pernah menjadi imam shalat Istisqa' ketika ada permintaan dari umatnya yang minta didoakan agar Allah segera menurunkan hujan. Maka Rasulullah bersama umatnya pun melakukan shalat Istisqa meminta Allah Ta'ala segera menurunkan hujan.
Panduan Ringkas Shalat Istisqa' yang Diajarkan Rasulullah
1. Hendaklah jamaah bersama imam keluar menuju tanah lapang dalam keadaan hina dan meninggalkan berpenampilan istimewa tanpa berhias. Sangat mengharap pertolongan Allah Ta'ala.
Dari Ibnu ‘Abbas, beliau berkata,
خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مُتَبَذِّلاً مُتَوَاضِعًا مُتَضَرِّعًا حَتَّى أَتَى الْمُصَلَّى – زَادَ عُثْمَانُ فَرَقِىَ عَلَى الْمِنْبَرِ ثُمَّ اتَّفَقَا – وَلَمْ يَخْطُبْ خُطَبَكُمْ هَذِهِ وَلَكِنْ لَمْ يَزَلْ فِى الدُّعَاءِ وَالتَّضَرُّعِ وَالتَّكْبِيرِ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَمَا يُصَلِّى فِى الْعِيدِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dalam keadaan meninggalkan berhias diri, menghinakan diri dan banyak mengharap pertolongan Allah hingga sampai ke tanah lapang –Utsman menambahkan bahwa kemudian Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menaiki mimbar- lalu beliau tidak berkhutbah seperti khutbah kalian ini. Akan tetapi, beliau senantiasa memanjatkan doa, berharap pertolongan dari Allah dan bertakbir. Kemudian beliau mengerjakan shalat dua raka’at sebagaimana beliau melaksanakan shalat ‘ied .”
2. Imam berkhutbah di mimbar sebelum atau sesudah shalat Istisqa'. Ketika itu tidak ada adzan dan iqomah.
Dalil yang menunjukkan bahwa khutbah tersebut dilaksanakan sesudah shalat istisqa’ adalah hadits Abdullah bin Zaid yang telah disebutkan di atas, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar ke tanah lapang dan beliau hendak melaksanakan shalat Istisqa’. Kemudan, Beliau pun merubah posisi rida’nya ketika beliau menghadap kiblat. (Ishaq mengatakan), “Beliau memulai mengerjakan shalat sebelum berkhutbah kemudian beliau menghadap kiblat dan berdoa”.
Sedangkan dalil yang menyatakan bahwa khutbah tersebut boleh dilaksanakan sebelum shalat istisqa’ (2 rakaat) adalah hadits ‘Abbad bin Tamim dari pamannya (yaitu Abdullah bin Zaid), ia berkata,
خَرَجَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَسْتَسْقِى فَتَوَجَّهَ إِلَى الْقِبْلَةِ يَدْعُو ، وَحَوَّلَ رِدَاءَهُ ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ جَهَرَ فِيهِمَا بِالْقِرَاءَةِ
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: