Pagelaran Wayang Kulit Lakon 'Dewa Ruci' Tutup Sadranan di Kelurahan Panjang Kota Magelang, Ini Maknanya

Pagelaran Wayang Kulit Lakon 'Dewa Ruci' Tutup Sadranan di Kelurahan Panjang Kota Magelang, Ini Maknanya

Warga Kelurahan Panjang Kota Magelang Tutup Sadranan dengan Pagelaran Wayang Kulit Lakon Dewa Ruci, Ini Makna di Dalamnya-Istimewa-Magelang Ekspres

MAGELANG, MAGELANGEKSPRES – Warga Kelurahan Panjang Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang menggelar tradisi Sadranan dengan mengadakan Pagelaran Wayang Kulit semalam suntuk, Sabtu, 9 Maret 2024.

Pergelaran wayang kulit bersama dalang Ki Rendy Ratnanto ini, mengambil tema Lakon "Dewa Ruci" yang sarat mengandung nasihat-nasihat kehidupan dan moral orang Jawa. 

Ketua Panitia Penyelenggara, Achmad Kadafi, menjelaskan, kisah Dewa Ruci menggambarkan kepatuhan seorang murid kepada gurunya, agar dapat mengenali diri sendiri.

Harapannya nilai-nilai moral yang positif ini dapat diaplikasikan kepada warga di Kelurahan Panjang demi menjaga persaudaraan di masyarakat.

BACA JUGA:Lestarikan Budaya Jawa, Sadranan Merti Desa Trunan Gelar Pagelaran Wayang di Malam Tasyakuran

“Pergelaran ini juga merupakan rangkaian akhir kegiatan sadranan di mana kegiatan sadranan ini merupakan sebuat tradisi menyambut bulan Ramadhan tahun ini,” jelas Kadafi.

Kadafi menyebutkan, pagelaran wayang kulit ini diselenggarakan oleh warga di tiga RW (Rukun Warga), yakni RW. 2, RW. 7 dan RW. 8 Kelurahan Panjang. Tak hanya pagelaran wayang kulit, dalam sadranan ini juga menampilkan bintang tamu Bagong Merapi serta Sendra Tari Bekso Ki Bogem.

Camat Magelang Tengah Pradita Dedy Haryanto mengapresiasi atas kekompakan warga Kelurahan Panjang, khususnya di RW. 2, RW. 7 dan RW. 8 yang menyelenggarakan sadranan tahun ini.

“Tapi saya berharap di kemudian hari nanti, tidak hanya di tiga RW ini saja, tetapi bisa dilakukan oleh seluruh warga di Kelurahan Panjang,” ucapnya.

BACA JUGA:Ribuan Warga Kedu Hadiri Sadranan Eyang Demang

Menurutnya, tradisi nyadran merupakan warisan budaya Islam yang diajarkan oleh walisongo yang terangkai dalam untaian legenda penuh ketakjuban, karena sarat makna di dalamnya. 

Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang, Sugeng Priyadi menegaskan, sadranan merupakan tradisi yang dilakukaan saat menjelang bulan puasa.

Tradisi sadranan dapat menciptakan gotong royong dalam masyarakat sekaligus sebagai sarana mendoakan leluhur.

"Tradisi nyadran juga merupakan memetik kebudayaan yang ada di Kota Magelang atau nguri-uri budaya," pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: