Festival Budaya Suran, Kirab 1.000 Tumpeng Menuju Pertapaan Eyang Suro Gendero di Desa Ngablak Magelang
Masyarakat di Desa Ngablak Kecamatan Ngablak mengadakan tradisi kirab budaya memperingati tahun baru Islam dan sekaligus tahun baru Jawa atau Suro -Heni Agusningtiyas-Magelang Ekspres
NGABLAK, MAGELANGEKSPRES - Tradisi memperingati tahun baru Islam dan sekaligus tahun baru Jawa atau Suro diperingati sejumlah masyarakat.
Seperti halnya masyarakat di Desa Ngablak Kecamatan Ngablak yaitu dengan mengadakan kirab budaya.
Tradisi ini dilestarikan untuk menghormati jasa leluhur mereka yang dipercaya sebagai seseorang yang berpengaruh memajukan desa.
Tokoh itu adalah eyang Suro Gendero yang melakukan pertapaan di Dusun Ngablak. Menurut masyarakat setempat Suro Gendero merupakan orang keturunan Majapahit dan salah satu prajurit dari Pangeran Diponegoro.
BACA JUGA:Mahakarya Sumbing Dongkrak Kunjungan Wisata Lereng Gunung Sumbing, Libatkan Ratusan Kelompok Seni
“Eyang Suro Gendero ini diyakini oleh masyarakat Desa Ngablak sebagai salah satu prajuritnya Pangeran Diponegoro yang dimakamkan di Dusun Sowanan, Desa Ngablak,” jelas Mul Budi Santoso, Ketua Harian Komite Seni Budaya Nusantara Magelang.
Mul menambahkan tradisi Suran di Pertapaan Eyang Suro Gendero tersebut, merupakan event tahunan sebagai wujud syukur masyarakat Desa Ngablak.
Wujud syukur yang dilakukan oleh masyarakat dari tiga dusun tersebut berupa, masing-masing kepala keluarga membawa nasi tumpeng.
Ia berharap, kegiatan tersebut dapat terus dilaksanakan sehingga tetap lestari dan bisa mendukung dunia pariwisata di Kabupaten Magelang.
BACA JUGA:Kemeriahan Grebeg Suro Gunung Tidar, Ini Jadwal dan Agendanya
Selain itu, kegiatan tersebut juga merupakan simbol dari toleransi antarumat beragama di Desa Ngablak.
Martono, ketua panitia kegiatan mengaku kegiatan suroan ini diadakan yang ke-8 kalinya. Kegiatan tersebut melibatkan 3 dusun dari Desa Ngablak, yakni Kuncen, Suwonan dan Ngablak.
"Para ibu-ibu membawa tumpeng sendiri-sendiri. Kemudian tumpeng diarak menuju makam Eyang Suro Gendero.
Tumpeng tersebut berisi nasi, lauk ayam, kerupuk dan sayur yang diarak menuju makam. Setelah itu, mereka menggelar doa bersama di makam eyang Suro Gendero yang ada di sebuah bukit dan melaksanakan makan bersama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: magelang ekspres