600 Orang Jalani Tapa Bisu, Bawa Obor Melintas Jantung Kota Wonosobo
PROSESI. Tapa bisu menjadi salah satu prosesi tradisi yang dilaksanakan selama perayaan hari jadi Wonosobo.-Agus Supriyadi-Magelang Ekspres
WONOSOBO, MAGELANGEKSPRES -Tapa bisu menjadi salah satu prosesi tradisi yang dilaksanakan selama perayaan hari jadi Wonosobo. Prosesi dimulai dari honggoderpo melintas jantung kota Wonosobo, menuju pusat pemerintahan di pendopo.
Sebanyak 600 orang berjalan di tengah kegelapan, tanpa bicara, hanyadibekali obor di tangan.
Sesampainya di Pendopo Selatan, Air Suci Tirto Perwitosari yang dibawa saat kirab, kemudian dicampur melalui serangkaian prosesi.
BACA JUGA:Ribuan Warga Berebut 15 Gunungan Hasil Bumi di Alun-alun Wonosobo
Air suci tersebut merupakan air yang berasal dari 7 sumber mata air yakni Tuk Bimolukar, Gua Sumur, Tuk Mudal, Tuk Suradilaga, Tuk Tempurung, Tuk Kaliasem dan Tuk Sampang.
Setelah pencampuran air suci tersebut, dilanjutkan dengan doa bersama lintas agama (Hastungkara/Umbul Donga) danprosesi Birat Sengkala.
“Dengan doa bersama di momentum hari jadi ke-199 ini, semoga Kabupaten Wonosobo bisa menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada sehingga bisa menjadi kabupaten yang aman, tentram, damai dan masyarakatnya makmur sejahtera,” kata Wakil Bupati Wonosobo, Muhammad Albar, kemarin.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Wonosobo Agus Wibowo menjelaskan, Topo Bisu itu doa dari masyarakat dengan harapan Wonosobo aman, tentram dan sejahtera, termasuk untuk pengambilan air itu doa dari kita semua agar Wonosobo terbebas dari bencana-bencana.
BACA JUGA:Puncak HUT ke-199 Wonosobo, Ada Boneka Lengger Raksasa Diarak
“Prosesi Tapa Bisu dilaksanakan dalam rangkaian Hari Jadi Kabupaten Wonosobo. Tapa Bisu kali ini diikuti sebanyak kurang lebih 600 orang yang berasal dari Desa Plobangan Kecamatan Selomerto, yang dulunya pusat pemerintahan Wonosobo ada di sana," ucapnya.
Topo Bisu hanya membawa air suci dari tuk sampang dan tanah makam Ki Ageng Wanasaba dibawa ke pendopo.
Nanti ada pelepasan dari Desa Plobangan, kemudian dibawa ke Wonosobo dari Taman Plaza dibawa sampai ke Pendopo dengan arak-arakan membawa obor, air dan tanah.
“Prosesi Birat Sengkolo yakni tanah dan air dari Plobangan dicampur dan dilanjutkan doa bersama 7 pemuka agama, setelah itu air yang dicampur dibawa ke paseban timur untuk dilakukan birat sengkolo. Jadi rangakainnya ada 3 acara dari topo bisu, pendopo dicampur airnya lalu ke Paseban Timur,” jelasanya.
BACA JUGA:Ziarah Makam Kiai Asmorosufi, Keturunan Brawijaya V yang Membumikan Islam di Kaki Sindoro Sumbing
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: magelang ekspres