WONOSOBO, MAGELANGEKSPRES - BPBD Wonosobo mencatat, ada ratusan bencana alam yang terjadi dari tahun ke tahun. Kegiatan sosialisasi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Rawan Bencana digelar, sebagai upaya antisipasi serta minimalisir dampak.
"Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran masyarakat terkait mitigasi serta penanggulangan dalam mengurangi dampak resiko bencana seminimal mungkin," kata Kalak BPBD Wonosobo, Dudy Wardoyo, usai dikonfirmasi pada Kamis (30/5).
Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), tahun 2024 ada ratusan peristiwa bencana alam di Kabupaten Wonosobo, meliputi bencana tanah longsor, gempa bumi, angin kencang, banjir, tanah bergerak, dan fenomena cuaca ekstrem.
BACA JUGA:Masuk 10 Besar Objek Wisata Terpopuler, Telaga Menjer Wonosobo Jadi Prioritas Pembangunan Disparbud
Kalak (Kepala Pelaksana) BPBD membeberkan, ada sebanyak 134 kejadian tanah longsor mengenai rumah, 5 kali gempa bumi, 28 peristiwa angin kencang, 4 kejadian banjir, 5 insiden tanah bergerak, dan 3 kali terjadi fenomena cuaca ekstrem.
Dari total kejadian tanah longsor, 4 kali peristiwa berimbas ke jalan, 1 kejadian berdampak ke irigasi, 1 kejadian tanggul jebol, dan sisanya berdampak kepada pemukiman warga di Kabupaten Wonosobo.
"Dengan fenomena banyaknya tersebut tentunya memerlukan kesiapsiagaan dan kewaspadaan atas potensi terjadinya bencana, melalui sosialisasi KIE Rawan. Itu data 2024, kalau tahun sebelumnya sekitar 200 sekian bencana dilaporkan sepanjang tahun," katanya.
Acara sosialisasi itu diselenggarakan di GOR Kelurahan Wadaslintang, Kecamatan Wadaslintang, pada Rabu (29/5) kemarin. Melibatkan 97 audien, terdiri dari personil BPBD, Relawan Penanggulangan Bencana (RPB), dan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Kabupaten Wonosobo.
Dudy Wardoyo mengungkap, dipilihnya Kecamatan Wadaslintang untuk bersosialisasi ini karena sebagian besar titik di sana masuk dalam kategori rawan bencana. Kasus yang didapati bermacam-macam dan intensitasnya pun cukup tinggi.
BACA JUGA:Bencana Alam Terus Terjadi di Wonosobo, Bupati: Anomali Cuaca Seperti Musim Pemilu Saat Ini
"Di Wadaslintang sendiri kasusnya cukup tinggi, mulai dari tanah longsor, kekeringan, hingga laka air. Maka harus diperhatikan untuk meningkatkan kapasitas rekan-rekan relawan sehingga siap berperan dalam meningkatkan kesiapsiagaan di lingkungan masyarakat," tuturnya.
Sosialisasi tak sekadar antisipasi bencana seperti yang sudah-sudah, namun BPBD turut mempersiapkan diri menghadapi berbagai bencana lain yang kemungkinan akan terjadi.
"BMKG telah memprediksi bahwa Indonesia berpotensi mengalami kekeringan meteorologis pada musim kemarau, sehingga membutuhkan kesiagaan dari Pemerintah Daerah tak terkecuali Wonosobo," kata Dudy.
Ia menambahkan, kegiatan itu sudah menjadi bagian tugas BPBD dalam melakukan langkah pencegahan dengan mengambil upaya mitigasi bencana, tentunya memperhatikan aspek keselamatan masyarakat dari faktor risiko yang terjadi di kemudian hari.
Sosialisasi KIE Rawan itu dihadiri dan diawali langsung oleh Wakil Bupati Wonosobo, Muhammad Albar. Dalam sambutanya ia tegaskan perlunya sinergitas antar pihak. Tidak hanya saat tanggap darurat saja, juga mitigasi dan kesiapsiagaan tahap pra dan pasca bencana.