MAGELANG EKSPRES -Sebagai seorang Muslim diperintahkan memiliki sifat sabar.Kisah Nabi Ayyub ‘alaihis salam bisa menjadi teladan yang baik untuk menguji kesabaran kita.
Ada banyak pelajaran berharga dari Nabi Ayyub ‘alaihis salam yang bisa kita gali. Apalagi sifat utama yang diajarkan oleh beliau adalah kesabaran.
Kisah Ayyub ‘alaihis salam disebutkan dalam sejumlah ayat di dalam Al Qur'an.
Allah Ta'ala berfirman,
“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Rabbnya: “(Ya Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Rabb Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.” (QS. Al-Anbiya’: 83-84)
BACA JUGA:Jangan Dikira Nabi SAW Tak Pernah Galau, Keistimewaan Alquran Pengobat Hati Galau Menurut UAH
Nabi Ayyub berasal dari Rum. Istri beliau bernama Layaa, ada juga yang menyebut dengan Rahmah, berasal dari keturunan Nabi Ya’qub. (Lihat Al-Bidayah wa An-Nihayah, 1: 506)
Dulunya Nabi Ayyub terkenal sangat kaya dengan harta yang berlimpah ruah, contohnya saja sapi, unta, kambing, kuda dan keledai dalam hal jumlah tak ada yang bisa menyainginya. (Lihat Al-Bidayah wa An-Nihayah, 1: 507 dan Tafsir Al-Baghawi, 17: 176)
Allah juga memberikan kepada beliau karunia berupa keluarga dan anak laki-laki dan perempuan.
Ayyub sangat terkenal sebagai orang yang baik, bertakwa, dan menyayangi orang miskin. Beliau juga biasa memberi makan orang miskin, menyantuni janda, anak yatim, kaum dhuafa dan ibnu sabil (orang yang terputus perjalanan).
Beliau adalah orang yang rajin bersyukur atas nikmat Allah dengan menunaikan hak Allah. (Lihat Tafsir Al-Baghawi, 17: 176)
Setelah itu Nabi Ayyub diuji penyakit yang menimpa badannya, juga mengalami musibah yang menimpa harta dan anaknya, semua pada sirna.
Ia pun terkena penyakit kulit, yaitu judzam (kusta atau lepra). Yang selamat pada dirinya hanyalah hati dan lisan yang beliau gunakan untuk banyak berdzikir pada Allah sehingga dirinya terus terjaga. Semua orang ketika itu menjauh dari Nabi Ayyub hingga ia mengasingkan diri di suatu tempat.
Hanya istrinya sajalah yang mau menemani Ayyub atas perintahnya. Sampai istrinya pun merasa lelah hingga mempekerjakan orang lain untuk mengurus suaminya. (Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5: 349)