Berdasarkan hal tersebut peningkatan promosi kesehatan di sekolah tentang upaya pencegahan penyakit ginjal anak sebagai berikut:
1.Memasukkan informasi tentang fungsi ginjal, di integrasikan pada mata pelajaran di Sekolah sehingga siswa akan paham dan mengetahui peran ginjal sebagai organ ekskresi yang harus dijaga dipelihara sehingga gangguan ginjal dapat diminimalisir.
2.Kalobarasi dengan pihak medis seperti mengundang ahli kesehatan seperti Perawat, Dokter, ahli gizi untuk mengisi workshop dan seminar memberikan penyuluhan kepada siswa, guru dan orang tua tentang faktor risiko gagal ginjal, cara-cara pencegahannya dan memberikan intervensi dini yang tepat seperti konseling gizi, dan pengobatan dini untuk anak-anak yang beresiko dan sudah ada tanda-tanda masalah ginjal.
3.Kesadaran diri dan partisipasi Sekolah, komunitasnya seperti Keluarga, Masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya, Profesional medis dalam mensukseskan Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) sebagai upaya preventif gagal ginjal yaitu pertama melakukan aktifitas fisik untuk menurunkan obesitas yang menjadi salah satu pemicu penyakit ginjal.
Kudua praktik pola makan sehat dengan mengurangi asupan garam, gula dan lemak dan mendorong konsumsi buah, sayuran, dan air putih yang cukup. Ketiga menjaga kebersihan diri seperti mencuci tangan secara teratur, menggunakan, menjaga kebersihan jamban untuk mencegah infeksi saluran kemih yang bisa memicu penyakit ginjal.
Keempat menjaga kebersihan lingkungan seperti bebas asap rokok atau bahan kimia yang berbahaya yang bisa mempengaruhi kesehatan ginjal dan Kelola akses air bersih yang memadai untuk mencegah dehidrasi dan membebani fingsi ginjak.
Kelima tidak mengkonsumsi alkohol. Keenam mengupayakan ada pemeriksaan kesehatan rutin di sekolah seperti deteksi atau skrining dini penyakit ginjal seperti pemeriksaan tekanan darah, urinalisis.
4.Pembentukan kantin sehat di tiap sekolah sebagai upaya menjaga makanan atau jajanan yang dijual agar bebas dari bahan berbahaya pengawet makanan seperti boraks, formalin, pewarna makanan seperti rhodamineB, kuning metanil, yang dapat menimbulkan efek merugikan bagi kesehatan khususnya ginjal.
Tidak kalah penting adalah pengawasan terhadap penggunaan pemanis buatan seperti sakarin, agar tidak melebihi dosis yang ditentukan pada minuman yang dijajakan di lingkungan sekolah.
Pihak sekolah dapat melakukan intervensi kepada para penjual dikantin jajanan apa yang boleh dijual dengan terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari ahli gizi. Pihak sekolah dapat bekerjasama dengan Dinas Kesehatan maupun BPOM untuk memantau jajanan dan hieginetas produk kantin yang dijual di sekolah.
Dengan peran yang kuat dari sekolah yang melibatkan keluarga, komunitas, serta fasilitas kesehatan maka upaya preventif gagal ginjal pada anak bisa lebih efektif, memberikan dampak positif bagi kesehatan anak dan kualitas hidupnya di masa depan akan meningkat sehingga morbiditas dan mortalitas penyakit ginjal pada anak dapat diturunkan. (*/adv)
Penulis:
Devi Etivia Purlinda(Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Doktor Biologi Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada)