BACA JUGA:Gunung Telomoyo Seakan Ditutup Kabut Selimut, Netizen: Mirip Air Terjun
“Varietas murni bisa menghasilkan 20–40 dompol buah per tangkai, jauh lebih tinggi dibanding varietas tidak murni yang hanya sekitar 10 dompol,” paparnya.
Ia menilai antusiasme warga Dusun Campurejo sangat tinggi dalam mengikuti pelatihan ini.
“Warga di sini bersemangat untuk mencari pengalaman dan belajar hal baru yang lebih baik,” ujar Tasmidi.
Menurutnya, semangat itu menjadi modal penting untuk meningkatkan kualitas pengelolaan kebun kopi.
BACA JUGA:Kades dan BPD di Kabupaten Magelang Diminta Satu Visi, Hindari Konflik dalam Pembangunan Desa
Melalui kegiatan ini, masyarakat diharapkan mampu menerapkan teknik budidaya kopi yang tepat sekaligus menjaga kelestarian tanaman dari serangan jamur upas.
"Kami berharap hasilnya tidak berhenti di pelatihan ini saja, tetapi benar-benar diterapkan di kebun mereka,” tambah Luthfia.
Selain meningkatkan keterampilan petani, kegiatan ini juga menjadi wujud nyata sinergi antara mahasiswa dan masyarakat dalam menjaga potensi kopi lokal Magelang.
BACA JUGA:Pemkab Magelang Luncurkan Program Pemuda Berprestasi, Beri Kuliah Gratis Satu Mahasiswa per Desa
Ke depan, UKM Pelita berencana melakukan pendampingan lanjutan agar praktik konservasi dan pengendalian jamur dapat terus berkelanjutan.
Dengan dukungan LMDH dan semangat warga, Dusun Campurejo perlahan mulai meneguhkan diri sebagai desa penggerak konservasi kopi yang tangguh, produktif, dan berdaya saing tinggi. (rls/adv)