Ramadan Masa Lalu di Masjid Agung Kauman Kota Magelang dari "Bom" Sampai Simaan yang Masih Bertahan

Ramadan Masa Lalu di Masjid Agung Kauman Kota Magelang dari

SIMAAN. Salah satu warisan yang masih dilangsungkan sejauh ini oleh masyarakat Kota Magelang yaitu Simaan di Masjid Agung Kauman di bulan Ramadan.-WIWID ARIF-MAGELANG EKSPRES

Sedangkan serambi tidak memiliki dinding khusus.

BACA JUGA:Kontingen SMPN 2 Magelang Usung Tema Seni Tradisi Wujud Jati Diri Negeri di MEC 2024

Serambi masjid biasa digunakan apabila jemaah di ruang salat sudah penuh.

Menilik sejarahnya, masjid tersebut didirikan sekitar tahun 1650 oleh seorang tokoh ulama dari Jawa Timur KH Mudakir.

Sejak awal didirkan, masjid itu belum seluas dan semegah sekarang.

BACA JUGA:Mengenal Tradisi Pindapata, Derma Umat Jelang Waisak di Magelang

Dulunya hanya masih berstatus langgar atau musala.

Fasilitas di dalam musala itupun masih sangat terbatas.

”Di sana juga belum ada tempat wudhu, karena saat itu Kota Magelang belum bisa teraliri air. Jemaah yang akan salat biasa mengambil air wudhu di Sungai Progo yang jaraknya sekitar 1 kilometer,” kata salah satu jemaah masjid dan tokoh masyarakat setempat, Luki Henri, kemarin.

BACA JUGA:Patroli Ramadan di Kota Magelang, Polisi Minta Semua Pihak Bisa Cegah Perang Sarung dan Tawuran

Barulah pada tahun 1779 dibuat sumur di dekat masjid sehingga bisa dijadikan untuk berwudhu.

Dua puluh tahun berselang, bangunan masjid mengalami pemugaran meliputi penambahan mimbar dan tiang yang terbuat dari kayu jati didatangkan dari Bojonegoro.

Ia mengatakan, pemugaran ini tertera dalam prasasti yang ditulis dengan dua bahasa yakni bahasa Arab dan Belanda, yang saat ini masih terawat dengan baik di dalam Masjid Agung Kauman.

BACA JUGA:600 Makanan Dibagikan Polres Magelang Kota Jalankan Program Jumat Berkah

Tak hanya itu, dulunya di depan masjid juga terdapat jam matahari sebagai penentu waktu salat.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: magelang ekspres

Berita Terkait