Jejak Sejarah RSJ Prof Dr Soerojo Magelang yang Lahir dari Rahim Kepanikan Kolonial Belanda

Jejak Sejarah RSJ Prof Dr Soerojo Magelang yang Lahir dari Rahim Kepanikan Kolonial Belanda

RSJ KRAMAT. Jejak sejarah salah satu rumah sakit di Magelang yang dulu sempat bernama Kramat, berganti jadi RSJ Prof Dr Soerojo, dan kini menjadi Seorojo Hospital-IST-MAGELANG EKSPRES

Namun, RSJ Kramat sejak awal sarat segregasi, layanan bagi pasien Eropa dirancang mewah dan steril.

BACA JUGA:Mal Pelayanan Publik Kota Magelang Bakal Ditinggal Jika Tak Adaptif

Sementara bangsal untuk pasien bumiputra, termasuk yang dirujuk dari penjara atau pengadilan, lebih menyerupai barak bambu.

Pemerintah baru mengizinkan warga pribumi dirawat setelah kekhawatiran muncul akibat peningkatan populasi pendatang Eropa di akhir abad ke-19, yang dibayangi rasa takut terhadap “orang gila” yang mengamuk.

"Pemerintah takut para pendatang jadi korban kekerasan oleh penderita gangguan jiwa yang dibiarkan berkeliaran. Jadi, RSJ juga berfungsi sebagai instrumen kontrol sosial," ujar sejarawan Sebastiaan Broere yang meneliti sejarah RSJ Magelang.

BACA JUGA:Teknisi Inti Motor Magelang Wakili DIY, Kedu, dan Banyumas di Kontes Nasional Service Advisor Honda

Tak sedikit pasien pribumi masuk RSJ bukan karena diagnosis medis, melainkan dianggap mengganggu ketertiban umum.

Banyak yang lebih dulu mendekam di penjara, lalu baru dipindahkan ke rumah sakit jiwa setelah sipir curiga ada yang ganjil pada perilaku mereka.

Skema pembiayaan RSJ Kramat juga mencerminkan tatanan sosial kolonial.

BACA JUGA:MPLS di SMA 4 Magelang Spesial, Didatangi Komunitas MagelangBIKe

Biaya perawatan pasien Eropa dan kalangan elite seperti priyayi serta warga Tionghoa kaya disalurkan untuk menopang layanan gratis bagi pasien pribumi.

Semua pasien berada dalam satu kompleks, tapi pemisahan berdasarkan kelas tetap terasa nyata di setiap bangsal dan fasilitas.

Meski dibangun atas kepentingan kolonial, RSJ Kramat menjadi salah satu rumah sakit jiwa paling maju di antara negara-negara jajahan kala itu.

BACA JUGA:Bikin Deg-degan Sensasi Jeep Off Road TKL Ecopark Kota Magelang, DPRD Minta Kajian Dampak Lingkungan

Jika dibandingkan, Indochina hanya memiliki satu rumah sakit jiwa dengan kapasitas 600 pasien, sedangkan Filipina satu rumah sakit dengan 1.700 tempat tidur.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: magelang ekspres

Berita Terkait