Kualitas Buah Melon Turun, Petani Purworejo Pilih Panen Lebih Awal
![Kualitas Buah Melon Turun, Petani Purworejo Pilih Panen Lebih Awal](https://magelangekspres.disway.id/upload/2020/01/FOTO-A.-Cuaca-Ekstrim-Kualitas-Buah-Melon-Turun.jpg)
MAGELANGEKSPRES.COM,PURWOREJO – Hasil panen tanaman melon di wilayah pesisir selatan Kabupaten Purworejo kurang maksimal lantaran menurunnya kualitas buah. Kondisi itu menjadi dampak cuaca ekstrim yang terjadi dan tidak mendukung pertumbuhan tanaman. Petani melon di Desa Jogoresan, Kecamatan Purwodadi, Ilham (25), mengaku kondisi terlalu banyak hujan berdampak kurang baik terhadap tanaman melon yang sudah mendekati masa panen. Bila terlalu banyak air, buah melon menjadi banyak yang pecah dan akhirnya busuk. “Jadi sebelum rusak ini cepat-cepat saya panen. Kalau cuaca kering, dipanen usia 65 hari. Tapi ini saya panen umur 60 hari, karena kalau nunggu 65 hari dengan cuaca seperti ini (banyak hujan) ya ajur (hancur, red). Makanya ini cepat-cepat dipanen,” sebutnya, Jumat (10/1). Dari lahan dua petak seluas sekitar 80 kali 40 meter yang ditanaminya, jika kondisi cuaca bagus biasanya bisa penen 2,5 rit melon. Namun, dengan kondisi cuaca terlalu banyak hujan seperti saat ini, hasil panennya hanya sekitar dua rit. “Hasil penen ini dibeli borongan oleh pedagang, dengan harga Rp15 juta per satu rit. Kalau perkiraan harga per kilogramnya sekitar Rp3 ribu sampai Rp4 ribu, di Jakarta paling Rp5 ribu,” jelasnya. Petani melon lainnya yang lahannya di Pangen, Sukijo (30), juga mengungkapkan hal serupa. Lantaran kondisi cuaca terlalu banyak hujan, hasil panennya tidak maksimal. Dari lahan tiga ering (luas per ering 1.500 meter) yang ditanaminya, hanya menghasilkan 2,5 rit melon. Padahal seharusnya mampu menghasilkan sekitar 3 rit. “Banyak yang busuk, karena setelah diethrel (sebelum dipanen), tiga hari hujan terus. Kalau tidak pada busuk bisa dapat tiga rit,” ungkapnya. Beruntung Sukijo memanen melonnya lebih awal yakni pada akhir Desember lalu, sehingga masih mendapat harga jual lebih tinggi. Hasil panen melonnya saat itu masih mendapat harga sekitar Rp26 juta per rit dari pedagang tengkulak. “Harga sekarang turun jadi sekitar Rp14 sampai Rp15 juta per rit, karena sudah banyak yang panen. Di Jakarta juga banjir, jadi penjualan di sana tersendat. Biasanya melon dari sini dikirim ke Pasar Induk Kramat Jati Jakarta,” ujarnya. Sukijo menambahkan, dengan harga jual melon Rp14 juta hingga Rp15 juta per rit, keuntungan yang didapat petani sangat minim dan hanya pas-pasan. Terlebih, biaya produksi untuk menanam melon sangat tinggi, seperti untuk sewa lahan dan biaya operasional lain meliputi upah buruh, pupuk, dan obat-obatan. “Belum lagi kalau banyak hujan, penyemprotan harus ditambah agar tidak terserang penyakit,” imbuhnya. (top)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: