Bedah Kesiapan Masa Transisi New Normal, Undang Budayawan Hingga Psikolog

Bedah Kesiapan Masa Transisi New Normal, Undang Budayawan Hingga Psikolog

MAGELANGEKSPRES.COM,WONOSOBO - Strategi menghadapi new normal sudah mencakup pencegahan, edukasi dan rapid test. Pembatasan juga diterapkan Kabupaten Wonosobo sebagai upaya pencegahan penyebaran virus covid 19. Sementara itu menuju masa transisi new normal ada beberapa persoalan seperti pro kontra pembatasan sosial akibat stigma liar yang berkembang dimasyarakat. “Secara umum, pandemi covid 19 ini hanya mengurangi jarak kita tetapi rasa sayang sosial tidak boleh berkurang bahkan bertambah. Memang awalnya banyak yang mungkin gagap dan sulit adaptasi, seperti sampai sekarang belum terbiasa untuk menghindari jabat tangan, tapi itulah yang harusnya dilakukan untuk mencegah pandemic,” kata Perwakilan Gugus Tugas, Aldiana Kusuma Wati dalam diskusi bertajuk Memupus Stigma Liar di Masa Transisi New Normal yang digelar Semangat Rakyat Beraksi (Serasi), Sabtu (27/6). Diskusi itu digelar secara offline dan tetap memperhatikan protokol kesehatan untuk pencegahan covid 19 dengan membatasi pengunjung di bawah 20 orang. Agenda mengambil tempat di Kedai Rempah Kalianget dan mengundang tiga orang narasumber mewakili Gugus Tugas Covid-19 Wonosobo, budayawan, dan psikolog. Mewakili Budayawan dan seniman, Agus Wuryanto bahwa masyarakat merespon pandemic dengan beberapa cara pandang. Termasuk prespektif ilahiah dan sisi ilmiah. Diungkapkan Agus bahwa para budayawan, seniman, hingga pelaku industri wisata menjadi yang paling akhir dalam recovery new normal. Mengingat bidang mereka adalah sekunder atau kebanyakan di bidang hiburang, bukan kebutuhan pokok. “Pandemi ini mengantarkan kita mencari keseimbangan budaya hidup bersih dan sehat. Dahulu budaya kendi ditaruh didepan rumah, orang akan masuk setelah cuci tangan, mandi lalu ganti baju. Kearifan lokal ini bisa dimunculkan lagis untuk tanggap di situasi pandemi tentunya dengan bahasa sekitar,” kata Agus. Pembicara lainnya, Dosen Psikologi Unsiq, Amin Al Adip menyebut bahwa manusia secara alami memiliki mekanisme pertahanan dan beradaptasi sejak era nenek moyang dalam menghadapi tekanan seperti pandemic. “Kita bisa melihat lagi apa dibawa oleh nenek moyang kita baik dari budaya atau DNA, apa yang bisa dilakukan oleh generasi ke generasi. Kecenderungan manusia tidak suka ketidakpastian. Jika tidak mampu adaptasi maka kita rentan mengalami kecemasan. Jadi ketidakpastian pandemi ini mengakibatkan masyarakat percaya isu yang tidak rasional seperti konspirasi,” tuturnya. (win)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: