Dari Mbeteng Sata, Menikmati Panorama Gunung dan Laut dalam Satu Titik
![Dari Mbeteng Sata, Menikmati Panorama Gunung dan Laut dalam Satu Titik](https://magelangekspres.com/wp-content/uploads/2022/03/Mbeteng-Sata-Menikmati-Panorama-Gunung-dan-Laut-dalam-Satu-Titik.jpg)
TEMANGGUNG, MAGELANGEKSPRES.COM– Apa yang terbesit di benak pikiran Anda saat mendengar nama Kabupaten Temanggung? Tembakau, kopi, hawa sejuk, dan panorama alam nan memukau karena secara geografis memang dikelilingi oleh gunung, pegunungan, dan perbukitan. Jika sebelumnya ada destinasi wisata Posong di Kecamatan Kledung yang telah tersohor sejak beberapa waktu lalu, kini Magelang Ekspres.com akan ulas sebuah pilihan lokasi wisata berbasis alam lainnya yang juga menawarkan panorama alam tak kalah mempesona. Namanya Mbeteng Sata yang terletak di Desa Campurejo, Kecamatan Tretep. Sebelum mengulas lebih jauh seperti apa Mbeteng Sata, maka akan dibahas dulu Desa Campurejo. Dari pusat perkotaan Temanggung, desa ini berjarak sekitar 40 kilometer dan dapat ditempuh dengan kisaran waktu sekitar 45 sampai 60 menit. Rasa lelah menyusuri jalan berkelok seakan lenyap apabila kita sampai di lokasi tersebut. Betapa tidak, sejauh mata memandang hanya hamparan perbukitan bak permadani hijau yang terlihat. Sangat layak apabila kita sebut sebagai salah satu serpihan surga yang jatuh ke dunia. Manajer Wisata Mbeteng Sata, Mursalim (42) mengungkapkan, tempat ini merupakan salah satu saksi sejarah karena digunakan sebagai lokasi pengungsian bagi warga setempat saat terjadinya peperangan penumpasan DI/TII puluhan tahun silam. “Dahulu warga Desa Campurejo dan sekitarnya menjadikan tanah ini sebagai lokasi pengungsian saat era penumpasan DI/TII. Bentuknya juga dulu memang seperti benteng yang terbuat dari gundukan tanah untuk tujuan keselamatan pengungsi itu sendiri,” jelasnya, Minggu (27/3). Namun demikian, seiring waktu berjalan, imbuhnya, gundukan tanah tersebut terkikis dan hanya menyisakan lahan datang yang kosong. Atas dasar itulah, Pemdes setempat berinisiasi untuk kembali membangun bangunan serupa benteng dengan fungsi berbeda. Tak hanya sebagai cara mengenang atas nilai historis yang ada, namun juga memanfaatkannya menjadi destinasi wisata mengingat penampang alamnya yang luar biasa indah. Mulai dibangun kembali sejak 4 tahun belakangan, kini Mbeteng Sata menjelma menjadi bangunan yang cukup megah penuh nilai artistis menyerupai benteng-benteng pertahanan era Romawi Kuno kendati memang prosesnya belum rampung seratus persen. “Pemdes hanya berusaha memulihkan kembali lokasi bersejarah itu dengan membangun benteng baru sejak empat tahun terakhir dan belum selesai sampai sekarang. Bentuknya memang sangat artistik karena selain untuk wisata juga sebagai lokasi monumental bagi warga kami,” imbuhnya. Dibangun di atas lahan seluas 35x30 meter persegi, wisatawan yang datang akan disuguhkan sebuah atraksi panorama keindahan alam berupa menyaksikan sedikitnya 11 puncak gunung dan perbukitan dari satu titik. Antara lain Gunung Sumbing, Sindoro, Merapi, Merbabu, Sigandul, Andong, Prau, Ungaran, dan lain sebagainya. Semuanya dapat dilihat dari satu titik saja, yakni bangunan Mbeteng Sata saat cuaca cerah. Belum lagi keindahan sunrise atau matahari terbit yang memendarkan warna jingga di hamparan langit saat pagi hari. Tak puas sampai di situ, saat malam hari wisatawan juga menyaksikan kilauan cahaya termasuk pesisir laut Weleri, Kabupaten Kendal lengkap dengan cahaya-cahaya kapal yang lalu lalang maupun tengah bersandar. “Yang paling menarik adalah panorama alam mulai sunrise di pagi hari, puncak-puncak gunung saat cuaca cerah, hingga kemerlap lampu kota Temanggung dan pelabuhan hingga cahaya kapal di Weleri Kendal. Jadi wisatawan bisa lihat gunung dan laut dari Mbeteng Sata ini,” urainya. Tidak hanya wisatawan lokal saja yang kerap datang berkunjung, namun Mursalim juga mengaku pernah suatu ketika datang wisatawan mancanegara asal Perancis yang mengaku takjub dengan suguhan alam saat sunrise yang muncul dari balik gunung antara Merapi dan Merbabu. Meski belum selesai dibangun, namun tempat ini telah dilengkapi beberapa sarana dan pra sarana pendukung mulai toilet, lahan parkir yang luas, hingga homestay bagi mereka yang ingin menginap di desa ini. Pihak pengelola juga menyediakan fasilitas kuliner pilihan bagi para wisatawan mulai kafetaria hingga panganan khas masyarakat setempat. “Selama ini kami masih menggratiskan wisatawan yang hendak berkunjung. Namun bagi mereka yang ingin membantu mengisi kas untuk kelanjutan pembangunan ya boleh juga,” imbuhnya. Meski berada di ketinggian, untuk menuju lokasi wisata yang satu ini pengunjung tak perlu khawatir. Mereka bisa menempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat melewati akses jalan makadam sekitar 1,5 km atau hanya 10 menit dari pusat desa. Tak hanya Mbeteng Sata, masih banyak kearifan lokal yang menjadi daya tarik di Desa Campurejo. Mulai wisata ziarah Makam Panjang, seni budaya tradisional, hingga kuliner unik yang hanya ada di bulan Januari hingga Februari setiap tahunnya. Yakni kuliner berbahan serangga seperti laron, gangsir, hingga brem atau sejenis serangga yang hidup di pohon-pohon. “Bisa dimasak atau cukup digoreng. Warga di sini sudah lazim dengan kuliner berbahan serangga. Rasanya lezat,” akunya. Ke depan pengelola berencana akan menjadikan sebuah paket wisata lengkap di desa ini. Mulai menyaksikan pemandangan dari Mbeteng Sata lengkap dengan homestay dan kuliner serangganya. Hingga berwisata holtikultura mengingat wilayah ini merupakan penghasil tembakau, kopi arabika, dan berbagai jenis sayuran khas dataran tinggi. “Ke depan kami akan bentuk sebuah paket wisata karena semuanya ada. Alam yang indah, pertanian, perkebunan, kuliner, hingga pementasan kesenian budaya lokal ada semua. Jadi, bagi siapa saja yang berminat bisa kunjungi desa kami,” pungkasnya. (riz)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: