Gara-gara Virus Corona, Ekonomi RI Diprediksi Anjlok di Level 4,7 Persen

Gara-gara Virus Corona, Ekonomi RI Diprediksi Anjlok di Level 4,7 Persen

MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA - Mewabahnya virus corona berdampak pada perekonomian global. Termasuk pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan anjlok di bawah 5 persen hingga 4,7 persen. Ekonom Chatib Basri menjelaskan, ekonomi Indonesia hanya 4,7 persen karena berdasarkan sensitivitas perhitungan econometrics, yakni 1 persen pertumbuhan ekonomi Cina itu berdampak sekitar 0,1-0,3 persen terhadap Indonesia. \"Jadi kalau Cina turunnya 1 persen, mungkin growth kita bisa turun di kisaran 0,1-0,3 persen. Jadi kalau angka kita terakhir kemarin 5 persen, jadi bisa di bawah 5 persen. Bisa jadi 4,7 sampai 4,9 persen kira-kira range-nya kalau polanya sama seperti SARS,\" ujar dia ditemui di Jakarta, kemarin (18/2). Mantan Menteri Keuangan ini menyebutkan pertumbuhan ekonomi Cina pada Kuartal I/2003 drop 2 persen dari 11 persen menjadi 9 persen saat virus SARS mewabah. Pelemahan tersebut dapat diperbaiki pada Kuartal II menjadi naik 10 persen. Sementara pertumbuhan ekonomi Cina pada Kuartal III-IV 2003 terpantau stabil. \"Jadi kalau lihat di dalam whole year, itu dampak dari penurunan pertumbuhan ekonomi Ccina gara-gara SARS itu mungkin sekitar 1 persen dalam jangka pendek,\" jelas dia. Untuk mengantisipasi menurunnya pertumbuhan ekonomi saran dia, pemerintah bisa belajar dari data historis terkait penyebaran virus SARS yang terjadi pada 2003 silam. \"Jadi yang bisa dilakukan itu adalah melihat pola yang sama ketika terjadinya SARS. Karena kan kita enggak tahu corona virus ini pertama terjadi sampai kapan, seberapa jauh, itu kita enggak bisa tahu,\" ujar dia. Karenanya, saat ini pemerintah diminta untuk mengamati terlebih dahulu, baru kemudian melakukan tindakan yang tepat. \"Yang kita bisa lakukan adalah (melihat) dari apa yang terjadi daripada kasus SARS, lalu ketika itu terjadi implikasinya pada Indonesia itu apa,\" dia menambahkan. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso mengakui virus corona berdampak pada perdagangan dunia, terutama Indonesia-Cina berpengaruh cukup besar. Belum lagi sektor pariwisata Indonesia juga terhantam dari anjloknya wisatawan asing yang datang. \"Kalau Cina turun 1 persen itu sangat besar buat dunia karena Produk Domestik Bruto (PDB) Cina USD14,4 triliun. Kita sedang menghitung kalau itu terjadi. Ini dampaknya masih di monitor. Kemungkinan dampaknya bisa 0,2 persen sampai 0,3 persen turunnya ke kita,\" ujarnya di Jakarta, Selasa (18/2). Kendati demikian, upaya antisipasi yang dilakukan pemerintah, salah satunya RUU Omnibus Law Cipta Kerja. Dia meyakini undang-undang sapu jagat itu bisa menyembuhkan ekonomi RI dari pengaruh virus corona. \"Sehingga dari target yang ada bisa di bawah 5 pesen, kita ingin set off ada dampak positif dan dampak negatif. Positifnyya dari RUU Cipta Lapangan Kerja ini, supaya mendorong. Justru kita mau set off antara dampak negatifnya virus corona dengan RUU Cipta Lapangan Kerja,\" tutur dia. Selain itu, lanjut dia, upaya lain yang dilakukan pemerintah meningkatkan konsumsi rumah tangga sebagai motor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Caranya dengan mendorong kementerian dan lembaga (K/L) mempercepat penggunaan anggarannya serta mempercepat penyaluran dana desa dan bansos. Dengan kebijakan-kebijakan tersebut, maka pertumbuhan ekonomi bisa di atas 5 persen. \"Jadi artinya kebijakan pemerintah jelas dalam mengatasi semua permasalahan ekonomi. Jadi kita dorong dulu di awal semua. Mudah-mudahan beberapa set off yang kita kejar kan yang mau di dorong di kuartal I/2020 kita masih yakin di atas 5 persen,\" kata dia. Sementara itu, Dirjen Minerba Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariyono mengatakan, belum menerima laporan terkait dampak virus corona yang menggangu ekspor-impor di sektor batu bara. Namun, hal itu bisa saja terjadi di sektor energi. \"Kalau tembaga mungkin sudah ada pengaruhnya,\" kata Bambang. Meski begitu, Bambang tidak mengetahui seberapa besar dampak dari virus corona terhadap kegiatan perdagangan Indonesia-China di sektor energi dan minerba. Sebab, hingga kini belum ada pengusaha batu bara yang melapor atau mengeluh. \"Belum ada, mudah-mudahan jangan ada,\" ujarnya. Dia melanjutkan, ekspor mineral Indonesia ke Cina termasuk yang paling besar dan berpengaruh. Namun, dia enggan membeberkan jumlah pasti ekspor minerba ke Negeri Tirai Bambu itu. \"Angkanya saya enggak tahu pasti, tapi yang jelas Cina termasuk yang besar, India juga,\" kata Bambang. Sudah hampir sebulan virus corona menyebar. Kata dia, dampaknya bagi sektor minerba belum terpengaruh. Namun bila terus menerus berlangsung akan menurunkan ekspor ke Cina. Terpisah, Ekonom CORE Indonesia, Piter Abdullah mengatakan, belum bisa memperkirakan berapa pertumbuhan ekonomi 2020 akibat dari virus corona. \"Belum bisa menghitungnya, sebab tergantung berapa lama wabah ini menghantui perekonomian global,\" ujar dia. Sejauh ini, kata dia, belum ada upaya yang jelas yang dilakukan oleh pemerintah agar menstabilkan ekonomi domestik. \"Belum ada yang kongkrit,\" ucap dia. Sebagaiman diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2019 mencapai 5,02 persen. Angka ini lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi pada 2018 yang mencapai 5,17 persen.(din/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: