Karnaval Selokromo Membentang 1 Km Lebih

Karnaval Selokromo Membentang 1 Km Lebih

WONOSOBO – Ribuan warga berpartisipasi dalam Marrystone Culture Carnival yang dihelat Desa Selokromo kecamatan Leksono yang terpusat di balai desa setempat, Sabtu-Minggu (24-25/8). Menurut Kepala desa Selokromo Agus Iswahyudi, perayaan desa Selokromo selain Hari besar keagamaan seperti Idul Fitri dan Nyadran suran, adalah karnaval tahunan yang wajib diikuti seluruh warga. Panjang karnaval tersebut mencapai lebih dari 1 km di sepanjang jalan banyumas ruas Leksono-Sawangan. “Satu rombongan karnaval diikuti tiap RW yang biasanya jumlahnya 200 sampai 250 orang dengan tema-masing-masing dan tahun ini mengusung tema Rukun Agawe Karnaval dan mengangkat rasa Nasionalisme. Ini semua berasal dari swadaya masyarakat dan sudah menjadi budaya desa sejak dahulu. Bahkan bisa dikatakan keramaiannya menyaingi karnaval kabupaten,” ungkap kades kemarin (24/8). Rangkaian kegiatan karnaval, pentas seni dan hiburan masyarakat itu berlangsung dua hari di panggung utama dan kepanitiaan dikoordinasi oleh Karang taruna setempat. Menurut Kades, adanya karnaval tersebut juga sebagai ajang untuk menampilkan karya dari masing-masing RW yang biasanya mendapatkan pesanan untuk karnaval di beberapa wilayah, bahkan di tingkat kabupaten. “Karnaval ini selain sebagai ajang menampilkan budaya juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lewat karya-karya yang biasanya dipesan oleh event tertentu, salah satunya di tingkat kabupaten. Desa kami juga dikenal sebagai gudangnya seniman, mulai dari dalang, penari, pemusik tradisional, bahkan hingga perupa. Di carnival ini, semua warga wajib turut serta,” imbuhnya. Berbagai karya, termasuk ogoh-ogoh seperti Anuman, Rahwana, Dewi Sri, hingga replica hewan seperti kerbau, kambing, singa mewarnai karnaval. Bahkan salah satu RW yakni RW 3 menampilkan bersatunya hewan Cebong dan Kampret di Monas sebagai symbol persatuan dan kesatuan. Menurut Aryo Setianto semua yang ditampilkan merupakan hasil karya warga dan dibuat di malam hari. “Proses pembuatannya sudah dimulai sekitar sebulan terakhir dan dikerjakan di malam hari. bahkan warga juga berinisiatif mencari tema yang bisa menggambarkan kondisi saat ini. Selain tema-tema tradisi dan kedaerahan, juga ada tema budaya dan juga sejarah,” ungkapnya. Berbagai material alam termasuk bambu, ijuk, dan jerami terlihat pada karya-karya yang berukuran raksasa. Selain menjadi dayatarik bagi pengguna jalan, karya itu juga bisa menjadi daya tarik wisata. Hal itu disampaikan salah satu Juri Karnaval, Agus Wuryanto yang menyebut bahwa keseriusan warga dalam berkreasi lewat karakter-karakter seperti bangunan, hewan, hingga tokoh pewayangan sangat menarik diekspos untuk wisata. “Bayangkan saja kalau karya-karya seperti ini bisa menghiasi alun-alun kita dan setiap tahunnya ada di banyak tempat dan bisa jadi obyek foto. Ini sudah jadi atraksi wisata tersendiri. Apalagi ini tingkatnya desa dan bagi kami sangat menarik,” ungkap perupa, fotografer, sekaligus penulis itu. (win)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: