Kebutuhan Meningkat, Eksportir Berebut Kopi

Kebutuhan Meningkat, Eksportir Berebut Kopi

MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA – Pertumbuhan ekspor kopi Jawa Timur (Jatim) belum bisa maksimal. Keterbatasan suplai bahan baku menjadi kendala utama. Tahun ini ekspor kopi ditargetkan tumbuh 5 persen. Sekretaris Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (Gaeki) Jatim Ichwan Nursidik mengatakan bahwa produksi kopi tahun ini bisa mencapai 7 persen. Namun, kenaikan itu tidak akan sepenuhnya terserap untuk ekspor. Sebab, kebutuhan kopi di dalam negeri juga semakin meningkat. “Jadi, kalau ekspor Jatim naik 5 persen, sisa 2 persen diserap di dalam negeri,” katanya. Pasar dalam negeri, menurut dia, tumbuh 8–10 persen. Sebenarnya peluang ekspor masih terbuka. Syaratnya, produksi kopi memadai. Jika produksinya maksimal, pertumbuhan ekspor akan jauh lebih tinggi. Selama ini, menurut Ichwan, kendala pertumbuhan ekspor ada di produksi. “Kalau mau meningkatkan produksinya, ya pasti terserap semuanya,” jelasnya. Sayangnya, belum ada kebijakan yang mendukung pengoptimalan produksi kopi. Misalnya, sarana dan prasarana untuk mengakses perkebunan kopi. Mengapa butuh sarana dan prasarana? Sebab, kebun kopi biasanya ada di daerah dengan ketinggian di atas 500 dpl. “Selain itu, bantuan bibit pada petani penting,” tutur Ichwan. Tanaman kopi bisa berproduksi sampai 30 tahun. Namun, memasuki tahun kesepuluh, produktivitasnya menurun. Pada 2019, ekspor kopi Jatim tercatat 70.238,1 ton. Perinciannya, 3.929,7 ton arabika; 50.460,6 ton robusta; dan 15.847,6 ton kopi olahan. Secara volume, produksinya meningkat 5 persen dibandingkan 2018. Yakni, dari 66.881 ton menjadi 70.238 ton. Sementara itu, dari sisi nilai ekspor justru turun sekitar 4 persen. “Turunnya nilai karena suplai sempat melimpah. Tapi, kekeringan pada Oktober lalu membuat harga naik. Semoga pada 2020 ini harga membaik kembali,” papar Ichwan. Saat ini ekspor terbesar masih ke Jepang sekitar 10-12 persen. Menurut Ichwan, dulu ekspor ke Jepang sempat mendominasi sampai 30 persen. Namun, trennya kini menurun. “Persyaratan ekspor ke sana cukup ketat, sedangkan harga tidak jauh berbeda dengan negara lain,” kata Ichwan. Karena itu, eksporter melirik pasar lain. Yakni, negara-negara di Eropa Timur dan Timur Tengah. Belum lama ini kopi Indonesia masuk ke pasar Afrika Selatan, Nigeria, dan Mozambik. “Strategi kami untuk masuk ke pasar baru melalui pameran maupun kontak bisnis,” paparnya. (jpg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: