Kolaborasi Dua Dalang Putri Warnai Gendhing Setu Legi

Kolaborasi Dua Dalang Putri Warnai Gendhing Setu Legi

MAGELANGEKSPRES.COM,PURWOREJO - Event budaya Gendhing Setu Legi pagelaran ke-2 tahun 2020 berlangsung spesial di Pendopo Kabupaten Purworejo, Sabtu (15/2) malam. Selain menjadi rangkaian peringatan Hari Jadi ke-189 Kabupaten Purworejo, acara rutin selapanan tersebut juga diwarnai penampilan kolaborasi dua dalang putri, yakni  Dwi Puspita Ningrum asal Purworejo dan Sietske Rijpkema dari Belanda. Di hadapan puluhan pecinta dan pemerhati budaya Jawa, keduanya kompak mengusung lakon wayang “Babad Alas Mrentani”.  Mereka juga menjadi narasumber Tepang Wayang dalam sesi Wedhar Kawruh. Bupati Purworejo Agus Bastian SE MM yang hadir didampingi Sekda Drs Said Romadhon merasa bangga karena Kabupaten Purworejo memiliki rasa kecintaan yang dalam terhadap kebudayaan daerahnya sendiri. Menurutnya bangsa yang besar adalah bangsa yg selalu menguri-nguri (melestarikan, red) kebudayaan. “Diharapkan Purworejo kedepannya akan berkembang semakin pesat dengan tetap memiliki kebudayaan Jawa yang melekat,” katanya. Ketua Penyelenggara, Melania Sinaring Putri SSn, menyebut bahwa Gendhing Setu Legi” digagas oleh sejumlah komunitas seni dan budaya di Kabupaten Purworejo sebagai sarana berkumpul masyarakat Jawa, khususnya di area Purworejo dan sekitarnya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan kembali seni budaya Jawa, meningkatkan kecintaan sebagai orang Jawa, serta mencoba memfasilitasi eksistensi dan aktualisasi diri kesenian lokal Purworejo. Baca Juga Diduga Keracunan Limbah Tambak, Dua Penggali Sumur di Purworejo Tewas Menurutnya, Gelaran Gerdhing Setu Legi bulan ini spesial karena bertepatan dengan bulan kelahiran Kabupaten Purworejo. Beberapa sajiannya juga spesial. Gelaran diawal dengan Gendhing Lacrang Pariwisata Slendro 9-Ayak-Ayak Slendro 9 (Sala)- Srepeg Slendro 9 (Sala). Dilanjutkan dengan persembahan Beksan Sekar Pudyastuti dan Beksan Sugriwo Subali. “Beksan Sekar Pudyastuti merupakan tarian yang sarat nilai-nilai filosofi. Didalamnya memuat pesan-pesar luhur yang terwakili dalam gerakan-gerakan nan lemah lembut, tenang, dan anggun. Gerakan - gerakan tersebut merupakan manifestasi cari puja puji dan rasa syukur terhadap Tuhan yang Maha Esa,” kata Melania. Di antara kedua beksan tersebut, audiens juga diajak menikmati Gendhing Ladrang Ela-Ela Gardrung Pelog 6 yang dibawakan oleh berbagai seniman lintas generasi. “Khusus edisi kali ini, Gendhing Setu Legi juga memperkenalkan kembali \"Wayang Bagelenan\" dalam sesi Mirunggan,” sebutnya. (top)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: