Kuatkan Harmoni Sosial, Desa Reco Gelar Ruwat Cungkup

Kuatkan Harmoni Sosial, Desa Reco Gelar Ruwat Cungkup

WONOSOBO-  Kuatkan  harmonisasi sosial, Pemerintah Desa Reco Kecamatan Kertek gelar Ruwat Cungkup kemarin. Kegiatan budaya yang baru pertama kali dihelat itu dilatarbelakangi oleh mulai lunturnya nilai nilai kebersamaan. “Kegiatan ini untuk menguatkan hubungan sosial yang sudah harmonis di Desa Reco,” ungkap ketua panitia, Agustinus Eko kemarin. Menurutnya, ruwat tersebut merupakan tradisi desa yang sudah ada sejak dulu, namun secara massal baru dihidupkan kembali oleh pemerintah desa. Hal tersebut lantaran ditengarai mulai muncul menguatkan persoalan yang mengancam hubungan yang sudah baik di masyarakat. “Kita kan masyarakat yang plural dari sisi agama. Hampir semua penganut agama dan kepercayaan ada di desa ini. Selama ini hidup damai dan harmonis, selaras, itu yang akan kita jaga,” bebernya. Baca Juga Carica di Wonosobo Kembali Langka, Produsen Khawatir Pasokan Terganggu Namun belakangan, seiring kondisi nasional dan informasi sepihak dari media sosial melalui HP, telah memberikan pemahaman yang keliru. Bermunculan politik identitas yang mengancam pola hubungan tersebut. “Itu yang sedang kami antisipasi, dan kegiatan budaya menjadi alat pemersatu yang ampuh dan baik. Karena itu, warisan dari para leluhur dan menjadi panutan masyarakat secara turun-temurun,” terangnya. Ada nilai-nilai kebersamaan dann gotong royong dalam ritual budaya Ruwat Cungkup Desa Reco. Ada penghormatan terhadap para luluhur dan warisannya.  Semua itu menjadi identitas kehidupan warga Reco yang hidup selaras dengan alam dengan menjaga  lingkungan dan budaya. “Cungkup di Desa Reco itu peninggalan atau warisan leluhur. Sedangkan air yang mengalir di sekitarnya itu sebagai sumber kehidupan masyarakat. Dua hal itu kita jaga, karena ada nilai-nilia sosial yang kuat,” tandasnya. Sementara itu, Kabid Promosi Wisata Disparbud Wonosobo, Endang Lisdiyaningsih mengemukakan, ritual cungkup tidak harus diproyeksikan menjadi kegiatan wisata. Namun, itu perlu diintegrasikan dengan desa wisata yang lain. “Masyarakat Reco itu seperti dilahirkan menjadi masyarakat yang berkesenian dan berkebudayaan. Itu tentu saja keunggulan, tapi tidak harus kemudian dipaksa didorong-dorong menjadi desa wisata,” ujarnya. Apa yang tumbuh dari desa, itu menjadi potensi. Hanya saja untuk memberdayakan agar memiliki nilai jual wisata tidak bisa langsung, namun perlu proses panjang. Sebab ada hal yang perlu di jaga, yaitu nilai nilai dari kebersamaan yang sudah ada sejak para leluhur mereka. (gus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: