Panggung Jaranan KSMY Sedot Ribuan Pengunjung
KSMY Sabet Juara Pertama MAGELANGEKSPRES.COM, TEMANGGUNG – Komunitas Seni Menari Yogyakarta (KSMY) menjadi jawara dalam gelaran Panggung Jaranan yang digelar di alun-alun Temanggung (9/6). Rangkaian acara festival Sindoro Sumbing ini menyedot ribuan masyarakat Temanggung. Komunitas yang terdiri dari seniman Yogyakarta ini mengalahkan 18 peserta lainnya dari berbagai daerah lainnya yang ikut unjuk gigi dalam Pangung Jaranan ini. Bahkan tuan rumah sendiri tidak bisa meraih tiga besar dalam gelaran ini. “Tarian dari komunitas menari Yogyakarta ini menampilkan tarian terbaiknya, jaranan yang dimainkan sangat menarik dan luwes. Namun tetap pada koridor jaranan,” kata salah satu juri Didik Nuryanto kemarin. Sedangkan 17 peserta lainnya lanjut Didik juga tidak kalah menarik, buktinya masyarakat Temanggung yang dating dan menyaksikan langsung acara ini sangat terhbur dengan acara ini. “Setiap kelompok kesenian beraksi penonton langsung maju kedepan panggung, ini menunjukan bahwa masyarakat Temanggung masih sangat peduli dengan kesenian tradisional khususnya jaranan,” ujarnya. Sementara itu, Imam Abdul Rofiq, Ketua panitia mengatakan, Festival Sindoro Sumbing (FSS) 2019 merupakan sebuah rangkaian acara kebudayaan kolaborasi antara pemerintah Kabupaten Temanggung dengan Kabupaten Wonosobo. Festival Sindoro Sumbing baru pertama kali dilaksanakan dan rencananya akan menjadi acara tahunan. Tema acara FSS tahun ini adalah “LESTARI”. “Panggung Jaranan menjadi pembuka dalam festival ini,” terangnya Menurutnya, Panggung Jaranan merupakan acara Lomba Jaran Kepang Tingkat Jateng & DIY. Menampilkan 18 kelompok kesenian Jaran Kepang yang ada di Wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Selain itu juga akan ada penampilan bintang tamu Jaran Kepang Temanggung. Disebutkan, setelah Panggung jaranan ini, kemudian akan dilanjutkan dengan Ngopi di Papringan di Pasar Papringan Ngadiprono. Acara ini akan berisi penjualan kopi dan kuliner lokal. Selain itu juga akan dilaksanakan Sarasehan, workshop dan pameran tentang kopi. Ngopi di Papringan menjadi sebuah upaya mengangkat citra kopi dan kuliner lokal di kancah nasional dan internasional. Selain itu, acara ini juga sebagai upaya apresiasi kepada para pegiat kopi yang telah berkontribusi untuk menjaga kelestarian lingkungan. Acara akan dilaksanakan, Minggu 16 Juni 2019, mulai pukul 08.00-16.00 WIB. Kemudian festival ini akan dlanjutkan dengan Sarasehan Budaya (25 Juni 2019) di Dusun Lamuk Gunung, DesaLegoksari, Kecamatan Tlogomulyo. Sarasehan ini menggali konsep pelestarian dan pengembangan JaranKepang sebagai identitas kebudayaan daerah yang dapat memberikan dampak sosial ekonomi masyarakat. “Narasumbersarasehan ini adalah praktisi seni, akademisi, pakar ekonomi kreatif, dan budayawan. Adapun peserta Serasehan ini merupakan pelakuseni dan komunitas jarankepang yang ada di Kabupaten Temanggung. Acara akan dilaksanakan mulai pukul 08.00-16.00 WIB,” jelasnya. Lanjut Imam, Workshop Kostum Jaran Kepang akan dilaksanakan 26-27 Juni 2019 di Dusun Lamuk Gunung, Desa Legoksari, Kecamatan Tlogomulyo. Workshop kostum jaran kepang ini akan menghadirkan pembicara fashion desainer, antropolog, dan pakar pemasaran. “Workshop pembuatan kostum ini akan dilaksanakan di sebuah desa yang saat ini menjadi sentra pembuatan kostum kesenian. Workshop ini akan dilaksanakan selama 2 hari, hari pertama akan berisi pemaparan materi dan hari kedua akan langsung praktik membuat kostum Jaran Kepang. Peserta workshop berjumlah 50 orang para perajin kostum yang ada di Temanggung,” terangnya. Pre-Even Jifolk merupakan acara pembuka sebelum acara puncak Jifolk. Acara ini akan menampilkan pentas pertunjukan Jaran Kepang dari Desa Ngadimulyo dan satu bintang tamu yaitu Congwayndut dari Surakarta. Congwayndut merupakan kesenian kolaboratif antara wayang, keroncong dan seni tari. Acara ini akan berlangsung pukul 19.30-23.00 WIB. “JiFolk merupakan sebuah acara pertunjukan foklor tingkat internasional dengan konsep kelestarian, kearifan lokal dan kolaborasi. Acara ini akan berlangsung selama tiga hari dengan menampilkan kekayaan budaya rakyat dari berbagai daerah di Indonesia dan dari mancanegara. Pengisi acara yang akan berpartisipasi diantaranya Tari Barong (Blora), Lengger (Banyumas), KethekOgleng (Wonogiri), Sasando (Flores), Kecak (Bali), Rampak Kendang (Jawa Barat) Asean Contemporary Dance (Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Myanmar, Malaysia, Filiphina, Singapura, Thailand, dan Vietnam) dan lain-lain. Selain panggung pertunjukan, juga akan dilengkapi dengan stan kuliner tradisional sehat serta pameran tentang foklor Temanggung.” Terangnya. Puncak dari Festival ini akan dilaksanakan Sendra tari Sindoro Sumbing yang akan dilaksanakan 19-20 Juli 2019 di Lapangan Kledung Temanggung Kegiatan ini merupakan kolaborasi Kabupaten Temanggung danWonosobo yang bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan dikawasan Sindoro Sumbing. “Kegiatanakan dilaksanakan selama 2 hari, hari yang pertamayaitu: Ritus yang akan dilakukan adalahRuwat Rigen (Temanggung) danWiwit tanem (Wonosobo). Hari Kedua akan berisi Arak-arakan dari masing-masing Kabupaten menuju lokasi acara yang akan dilanjutkan dengan menampilkan seni budaya lokal. Puncak acara yakni Sendratari Sindoro Sumbing berjudul “Mapageh Sang Watu Kulumpang”.Dalam bagian akhir pertunjukanini masing-masing kepala daerah akan mendeklarasikan kelestarian lingkungan di lereng Sindoro Sumbing.” tandasnya.(set)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: