Pengguna Jasa Pariwisata di Wonosobo Turun hingga 70 Persen
![Pengguna Jasa Pariwisata di Wonosobo Turun hingga 70 Persen](https://magelangekspres.disway.id/upload/2020/10/POTO-A-Jasa-Pariwisata2.jpg)
MAGELANGEKSPRES.COM,WONOSOBO – Industri pariwisata menjadi salah satu sektor yang terhantam cukup keras oleh pandemi covid-19. Ini berimbas pada masyarakat sebagai pendulang multiplier effect-nya. Hal itu diangkat dalam talkshow Lentera Muda yang digagas Forum Pemuda Wonosobo (FPW) bersama Radio Pesona FM di Studio Pesona, kemarin (15/10). Salah satu narasumber Ketua BPC Hipmi Wonosobo Choirul Anwar mengatakan pariwisata adalah sektor produksi sehingga imbasnya cukup panjang. “Imbas pandemi di sektor wisata ini langsung dirasakan oleh industri yang di sekitarnya seperti produsen oleh-oleh, penyedia jasa dan masyarakat. Sektor pariwisata tidak bisa ditinggalkan begitu saja tapi seharusnya berjalan dengan protokol kesehatan,” ungkapnya membuka diskusi. Sementara itu menurut pemilik Polaris Tour, Marine Dylant bahwa imbas dari pandemic sangat besar bagi para pelaku wisata. Diharapkan Marine, dengan diterapkannya protokol kesehatan untuk mendukung dibukanya kembali destinasi juga yang akhirnya agar sektor pariwisata berjalan. “Ini sudah mulai pulih, tapi turun drastis. Permintaan hingga Desember besok sudah mulai masuk. Sejak Agustus sebenarnya sudah ada peningkatan permintaan tapi karena sempat ada aturan rapid sehingga banyak yang masih belum pasti. Kebanyakan tamu kami dari jakarta dan jawa barat. Di bulan Agustus turun 70 persen, September 50 persen dan semoga Oktober naik lagi,” tuturnya. Baca Juga Kasus Balon Udara Lanjut ke Meja Hijau, Empat Orang Ditetapkan Tersangka Senada, pemilik homestay di kawasan Jalan Lurah Sudarto Mudal, Harjanto menyebut bahwa masa panen usaha wisata adalah saat lebaran sedangkan karena pandemic otomatis turun drastis dan banyak booking yang dibatalkan. “Kami masih optimis karena memang kami bergantung pada sektor wisata. Mau tidak mau dengan adanya pandemi ini kita harus hadapi dan kita harus adaptasi untuk persiapkan kondisi yang seperti ini. Harapannya pemerintah bisa sejalan dengan ini dengan menjaga keseimbangan jaga kesehatan dengan kondisi ekonomi. K etika keduanya jatuh, maka kita rugi. Apalagi kalau dua-dua nya jatuh kita sangat terpuruk,” katanya. Menanggapi persoalan tersebut, Kabid Promosi Disparbud Endang Lisdyaningrum menyebut bahwa berbagai langkah yang diambil pemerintah adalah sebagai langkah prefentif karena dikhawatirkan bisa menambah resiko penularan. Diakui Endang bahwa aturan rapid test memang sempat menuai polemik. “Antara ekonomi dan kesehatan kita sebenarnya memang sulit sekali untuk memilih karena keduanya seperti mata uang yang harus berjalan bersama. Protokol kesehatan ini untuk amankan aktifitas ekonomi dengan komitmen bersama dan jangan sampai ada klaster baru dari wisata. Bahkan di pendakian juga sudah lakukan hal serupa. selain protokol, kita ada kuota juga. Dengan rasio 20 persen dari angka biasanya,” kata Endang. Dijelaskan Endang bahwa memang secara umum mengembalikan angka wisata ke ambang normal memang berat. Dari hasil analisa lapangan, ditinjau Disparbud bahwa Wonosobo tidak se-terpuruk dibanding kota-kota besar lainnya. “Homestay dan hotel masih isi dan tidak banting harga terutama di sabtu dan minggu masih ada kunjungan. Kami juga menjaga persaingan agar tetap sehat. Kita juga mengajak komitmen pemilik destinasi khusus dan hunian untuk keamanan dari masalah kesehatan. Sebelumnya kami mengajak diskusi 14 elemen untuk bisa kemas dan kembalikan kunjungan wisata pada tahap aman dan kami jaga agar protokol kesehatan jadi prioritas,” pungkas Endang. Guna mencegah penyebaran virus covid-19, maka harus disiplin dalam 3M yaitu menggunakan masker, menjaga jarak aman dengan orang lain, serta rajin mencuci tangan. (win) #satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: