Petani di Kalikajar, Wonosobo Mulai Olah Tembakau untuk ‘Konsumsi’ Pribadi
![Petani di Kalikajar, Wonosobo Mulai Olah Tembakau untuk ‘Konsumsi’ Pribadi](https://magelangekspres.disway.id/upload/2019/10/Olah-Tembakau-Untuk-Konsumsi-Pribadi.jpg)
WONOSOBO – Beberapa petani di kawasan lereng Sumbing, salah satunya di Desa Maduretno Kecamatan Kalikajar masih dominan mengolah tembakau untuk konsumsi pribadi. Bahkan di Kalikajar, banyak petani sekaligus pengolah tembakau miliki reputasi sebagai ahlinya memproses tembakau. Mulai dari lembutan, rajangan kasar, hingga garangan. Menurut Rusmanto, salah satu petani, beberapa pemilik lahan sengaja menanam dan memanen tembakaunya di penghujung musim, bahkan bisa dikatakan terlambat. “Memang yang untuk konsumsi pribadi ada yang ditanam di akhir musim. Agar terpisah dari tembakau yang untuk dijual ke pasaran. Beberapa jenis tembakau juga kadang dicampur untuk mendapatkan aroma maupun citarasa yang khusus,” ungkapnya kemarin (10/10). Salah satu lahannya yang dialiri sungai Bogowonto juga sengaja dibiarkan untuk tidak dipanen sesuai masanya. Hal itu menurutnya upaya untuk mendapatkan kematangan optimal di pohon. Bahkan beberapa petani maupun rekannya dari beberapa wilayah juga memesan tembakaunya untuk dikonsumsi secara pribadi. “Kalau yang olahan saya sendiri memang tidak untuk dijual, ibaratnya untuk kesenangan saja. Luasan yang kami panen juga tidak begitu banyak, hanya beberapa ratus meter saja. Itu pun untuk konsumsi setahun-dua tahun ini cukup,” ungkapnya. Berbeda dengan Rusmanto, petani lain di lereng Sumbing, Faizin mengaku sengaja membiarkan tanaman tembakaunya untuk dipanen di awal Oktober karena menjaga kadar nikotin. Menurutnya, kurangnya guyuran hujan membuat kualitas daun kurang sempurna untuk disimpan. “Kalau daun terlalu kering saat dipanen, nantinya saat dirajang kurang bagus. Terlebih aromanya beda dengan yang sudah-sudah. Ini memang kerarifan lokal, harus ada keseimbangan hujan dan panas. Karena saya jual sendiri ke pasar, jadi harus saya pastikan kualitasnya,” imbuhnya Di awal Oktober, yang kebetulan memasuki musim penghujan, para petani pada umumnya memang sudah mulai selesai memproses tembakau untuk dijual ke pengepul maupun pabrik. Penjualan tembakau proses garangan dikatakan Faizin kerap dibanderol sesuai musim atau tahunnya dan bahkan untuk satu kilogram tembakaunya bisa mencapai lebih dari Rp500.000. (win)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: