RI Ekspor Beras 250 Gram ke Arab Saudi

RI Ekspor Beras 250 Gram ke Arab Saudi

MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA - Perum Bulog pekan depan akan mengekspor beras kemasan rencengan 250 gram ke Arab Saudi. Sebanyak delapan kontainer akan membawa beras tersebut. Ekspor tersebut untuk memenuhi tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Arab Saudi, maupun yang tengah beribadah umrah an haji. Direktur Utama Bulog, Budi Waseso mmengatakan, untuk tahap awal beras rencengan 250 gram diangkut delapan kontainer ke Arab Saudi. \"InshaaAllah pekan depan (ekspor), sebanyak delapan kontainer. Kenapa beras renceng, karena diminta Arab Saudi,\" ujar dia Buwas, begitu disapa, di Jakarta, kemarin (5/2). Ekspor tahap selanjutnya, kata Buwas, Perum Bulog akan menyiapkan beras kemasan 5 kilogram (kg) dan 10 kg. Beras ekspor berasal dari pengadaan beras lokal dalam negeri. Hanya saja, Buwas, enggan menyebutkan berapa nilai ekspor beras rencang tersebut. \"Bagi saya ini bukan soal nilainya, berarti kita sudah bisa ekspor, karena itu justru menguntungkan buat kita,\" kata Buwas. Mantan Kelapa Badan Narkotika Nasional (BNN) itu menuturkan beras yang diekspor harganya sangat terjangkau. Padahal, kondisi beras Indonesia sangat sulit bersaing di luar negeri karena tingginya biaya produksi. Adapun saat ini, stok beras di gudang Bulog mencapai 1,8 juta ton, terdiri dari beras CBP (cadangan beras pemerintah) sebanyak 1,7 juta ton dan beras komersial 121.162 ton. Pengamat Pertanian, Dwi Andreas mengatakan, mengapresiasi ekspor beras yang dilakukan Perum Bulog. Ekspor beras dalam bentuk kemasan dianggap harganya bisa menjadi tinggi. \"Kalau ekspor beras kemasan kan harganya bisa lebih tinggi. Kalau bentuknya curah enggak mungkin ya karena mungkin harga beras kita lebih tinggi dari harga beras internasional,\" ujar dia kepada Fajar Indonesia Network (FIN), Kamis (6/2). Guru Besar Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) itu menyarankan impor beras seperti yang dilakukan negara Vietnam yang mendesain kemasan dengan berat rendah bisa langsung dimasak dengan plastiknya. \"Kalau saran saya bisa langsung dimasak dengan plastik-plastiknya yang sudah tahan dengan air panas, sepeti di Vietnam,\" ucap dia. Ekspor dengan ukuran 250 gram menurut dia akan laku di luar negeri dibandingkan di Indonesia. Dan, hal ini bisa dilakukan dalam waktu jangka panjang. \"Ukuran 250 gram di Indonesia enggak akan laku. Ya kalau ekspor mungkin bisa laku. Kalau mau pengembangan lebih lanjut bisa dikema dalam plastik yang tahan panas,\" kata dia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi beras Indonesia di 2019 menurun sebesar 7,75 persen dibandingkan 2018 atau dari 33,94 juta ton menjadi 31,31 juta ton. Dengan penurunan produksi, Dwi Andreas mencatat, selama tiga tahun terakhir, produksi beras selalu mengalami penurunan, dimulai dari tahun 2016 ke tahun 2017. Kemudian dari tahun 2017 produksi padi juga turun pada 2018. Demikian juga produksi pada 2018 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2019. \"Sudah bisa dibayangkan ke depan, ketergantungan impor ini akan cukup tinggi,\" kata dia. Dwi memproyeksi, produksi beras di 2020 tidak akan jauh berbeda dari 2019. Menurutnya, bila terjadi kenaikan atau penurunan, jumlahnya tidak akan signifikan. Dengan kondisi demikian, Dwi mewanti-wanti adanya pergeseran pola konsumsi dari beras menjadi gandum. Menurutnya, pergeseran konsumsi ini perlu diwaspadai mengingat Indonesia bukan produsen gandum. \"Saya memperkirakan sat ini konsumsi gandung sudah 26 persen. Kalau naik menjadi 50 pesen itu sudah gawat, memang akhirnya beras cukup terus. Panen beras menurun tidak masalah, tetapi swasembadanya karena tergantikan oleh gandum,\" ujar dia. Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) sebelumnya memastikan akan mengekspor beras ke sejumlah negara mulai tahun ini. Untuk mewujudkan ekspor, SYL telah memiliki sejumlah strategi jitu untuk mewujudkan rencana Indonesia mengekspor komoditas strategis tersebut. \"Saya akan persiapkan mulai dari bibit, kesiapan lahan, irigasi, tesnya di mana, harus bisa bersaing dengan beras yang ada dari negara lain,\" kata Syahrul. \"Berapa jumlahnya, tentu di atas 100 ribu ton sampai dengan 500 ribu. Saya coba, dan ini harus bisa. Kita punya alam bagus dan kemampuan teknologi yang cukup bagus,\" tambah dia. Persiapan, katanya, akan dimulai Januari 2020. Bahkan, ia mematok target 100 hari sejak persiapan di mulai Indonesia sudah bisa mengekspor beras. \"Kita berusaha 100 hari dari Januari. Berarti kurang lebih Maret - April kita persiapkan lebih matang,\" kata Syahrul. Sebelumnya, Perum Bulog terus menggenjot pertumbuhan sekaligus mengoptimalkan penjualan komersial melalui platform e-commerce bernama PangananDotCom di aplikasi Shopee. Sejak dibuka pada Agustus 2019 lalu, Bulog berhasil menjual 250 ton beras premium lewat aplikasi ini hingga akhir 2019.(din/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: