Kembalikan Sejarah, Mako Polres Magelang Kota Akan Dijadikan Museum Mosvia
MOSVIA. Koordinator KTM Bagus Priyana dan para pengurus memberikan foto repro Mosvia kepada Kapolres Magelang Kota, AKBP Yolanda Evalyn Sebayang di mako setempat, kemarin.(foto : wiwid arif/magelang ekspres)-Pemkot Magelang-Magelangekspres.com
MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID - Markas Komando (Mako) Polres Magelang Kota akan mulai dibangun tahun 2023 mendatang. Lokasinya berada di kompleks Apartemen Mosvia atau belakang Mako saat ini.
Sedangkan Mako yang lama menurut rencana akan difungsikan sebagai museum sejarah Mosvia. Hal ini mengingat bangunan tersebut masuk dalam kategori bangunan cagar budaya (BCB) yang dibangun sekitar tahun 1874 dan mulai difungsikan tahun 1875.
Gagasan pembangunan museum itu dicetuskan Kapolres Magelang Kota, AKBP Yolanda Evalyn Sebayang. Ia mengatakan bahwa rencana itu telah direstui Mabes Polri. Selanjutnya, Mako lama akan dijadikan museum sejarah Mosvia.
"Supaya konsep museumnya nanti benar-benar bernilai sejarah, maka kami meminta Komunitas Kota Toea Magelang (KTM) yang memang ahli dalam mencari jejak sejarah untuk terlibat kontribusi membangun museum sejarah Mosvia," kata Yolanda, Jumat (2/9).
Yolanda mengundang pengurus KTM di Kantor Polres Magelang Kota. Dia juga menerima foto repro tahun 1937 gedung Mako Polres Magelang Kota saat menjadi Mosvia. Foto itu diserahkan oleh Koordinator KTM, Bagus Priyana bersama para pengurus dan anggota.
"Saya memang mengonsepkan untuk kembali menjadi museum untuk sejarah Mosvia. Jadi yang mengerti sejarah dan lain-lainnya adalah KTM ini. KTM punya pekerjaan untuk mengumpulkan semua foto-foto lama, agar nanti ini bisa menjadi edukasi seperti apa perjalanan sejarahnya,” jelasnya.
Sementara itu, Koordinator KTM, Bagus Priyana mengaku siap menerima amanah dari pucuk pimpinan Polres Magelang Kota itu. Dia juga bersyukur, karena tak lama lagi Kota Magelang bakal memiliki tambahan satu museum tentang sejarah.
Menurut dia, gedung Polres Magelang Kota awalnya adalah Hoofdenschool atau disebut Principal School/Sekolah Para Pemimpin/Sekolah Para Raja. Dalam perkembangan pemerintahan kolonial di tahun 1870-an, telah tumbuh dan berkembang sekolah-sekolah kejuruan, karena saat itu lebih diperlukan tenaga-tenaga kejuruan.
"Pada tahun 1878, Hoofdenschool dibuka secara serentak di Bandung, Magelang, Probolinggo, dan Tondano. Titik awal pendidikan di Hindia Belanda karena adanya kebijakan pemerintah saat itu, yaitu Politik Etis. Pendidikan modern berkembang dengan banyaknya didirikan sekolah berorientasi barat di Kota Magelang, salah satunya adalah Hoofdenschool ini,” paparnya.
Bagus menuturkan, pendidikan kala itu bertujuan bukan untuk mencerdaskan masyarakat, melainkan guna memenuhi kebutuhan tenaga kerja rendah yang murah dan terampil. Kota Magelang sendiri termasuk menjadi pusat missie atau zending yang turut berpengaruh terhadap berdirinya sekolah-sekolah berorientasi barat.
"Pada tahun 1900, Hoofdenschool mengalami reorganisasi dan diberi nama baru, yakni OSVIA. Di Bandung, sebagian muridnya berasal dari Jawa Barat. OSVIA Magelang, menarik siswa-siswa dari Jawa Tengah, sedangkan OSVIA Probolinggo bagi siswa dari Jawa Timur," tuturnya.
Masa belajar di sekolah ini, katanya, adalah lima tahun. Namun mulai tahun 1908 masa belajarnya ditambah menjadi tujuh tahun. Pada umumnya murid yang diterima berusia 12-16 tahun. Sedangkan pada tahun 1927, seluruh cabang OSVIA digabungkan menjadi MOSVIA (Middelbare Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren) yang berpusat di Magelang.
"Saya sangat mengapresiasi langkah Kapolres Magelang Kota yang akan mengembalikan fungsi gedung Mako Polres sebagai museum MOSVIA. Langkah ini menegaskan kembali bahwa kawasan Alun-alun Kota Magelang menjadi situs budaya yang kompleks," ungkapnya. (wid)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: magelangekspres.com