Perjuangan Bupati Djojonegoro Terus Dikenang, Pindahkan Ibu Kota dari Parakan ke Temanggung

Perjuangan Bupati Djojonegoro Terus Dikenang, Pindahkan Ibu Kota dari Parakan ke Temanggung

KIRAB. Ketua DPRD Yunianto (kaca mata hitam) bersama Bupati Temanggung M Al Khadiq saat Kirab Boyong Menoreh di Parakan. (Foto:setyo wuwuh/temanggung ekspres)--Magelangekspres.com

TEMANGGUNG, MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID - Perjuangan Bupati Temanggung Djojonegoro di masa kepemimpinannya, patut menjadi contoh dan terus dikenang oleh Pemerintah Kabupaten Temanggung serta masyarakat.

Apalagi saat pemindahan ibu Kota Temanggung, dari kota Pusaka Parakan menuju Kota Temanggung, di mana waktu bersejarah ini terjadi di tahun 1832. Saat itu pemerintahan kolonial masih berkuasa di negeri ini.
Keputusan Bupati Temanggung Djojonegoro saat itu mempunyai alasan yang sangat kuat, sehingga pusat Pemerintahan Kabupaten Temanggung dipindah ke Kota Temanggung.

"Perpindahan ini sesungguhnya pada masa-masa melawan kolonial Belanda supaya masyarakat lebih aman, kota pusaka aman dan pusat pemerintahan juga lebih luas," kata Ketua DPRD Temanggung Yunianto, di sela Boyong Menoreh.

Yunianto mengatakan, makna HUT Temanggung ke-188 adalah sangat erat dengan sejarah Kabupaten Temanggung. Sejarah Boyong Menoreh ini harus sampai kepada masyarakat, karena Boyong Menoreh ini merupakan sejarah yang wajib diketahui oleh semua kalangan masyarakat.

"Ini menjadi salah satu alasan kuat Boyong Menoreh ini digelar, secara tidak langsung masyarakat bisa melihat bagaimana sejarah Temanggung di masa lampau," katanya.

Perpindahan pusat pemerintahan di Parakan menuju ke Temanggung karena sesuatu hal dan kebaikan dan demi masyarakat Temanggung di masa itu hingga saat ini.

Menurutnya, Kota Parakan menjdi kota pusaka yang tidak pernah lekang di makan waktu. Keberagaman masyarakat di Parakan menjadi salah satu bukti kuatnya kerukunan masyarakat di kota Pusaka ini.

"Parakan terbukti menjadi salah satu kota dengan keberagaman yang sangat kuat, tidak ada perbedaan baik agama, suku, ras, golongan dan lainnya, semua lapisan masyarakat," katanya.

Tradisi seperti ini menjadi salah satu bukti bahwa masyarakat di Temanggung sangat mencintai budaya dan kesenian asli.
"Multiplier effect-nya sangat luas, dengan acara seperti ini perekonomian juga terpengaruh," katanya.

Yunianto menambahkan, kota pusaka ini akan abadi selama-lamanya sebagai ikon Temanggung.

"Sebagai lembaga wakil rakyat kami juga akan ikut melestarikan budaya seperti ini," tutupnya. (set)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelangekspres.com