10 Sedekah yang Sangat Dicintai Allah Ta'ala

10 Sedekah yang Sangat Dicintai Allah Ta'ala

--

Lifestyle

MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID-Sedekah adalah amal sholeh yang sangat dicintai Allah Ta'ala. Rasulullah dalam berbagai hadits juga selalu menganjurkan umatnya melakukan sedekah. Tak ada yang menggantikan amalan tersebut selain surga. Pahala sedekah sangatlah besar, bahkan pahalanya akan terus mengalir dan akan terus menjadi amal sholeh walaupun orang yang bersedekah telah meninggal dunia.

Beragam sedekah bisa kita lakukan setiap hari. Tidak semata-mata tergantung pada harta kekayaan yang kita miliki namun sekecil apa pun barang yang kita berikan akan dinilai sedekah asalkan diberikan secara ikhlas. Rasulullah mengatakan,"bersedekahlah hanya dengan satu biji kurma." Ini menggambarkan bahwa sedekah tidak harus besar, tidak harus banyak tapi dengan harta sedikit pun tetap bisa bersedekah.

Sedekah tidak hanya dengan harta benda tapi setiap kebaikan adalah sedekah. Berdzikir adalah sedekah, membantu orang lain juga sedekah, menyingkirkan duri atau batu di jalan pun termasuk sedekah. Saking banyaknya amalan sedekah maka sudah sepantasnya kita berlomba-lomba untuk memperbanyak sedekah dengan melakukan kebaikan setiap hari.
Meskipun begitu, antara satu dengan yang lain berbeda keutamaan dan nilainya, tergantung niat, kondisi orang yang bersedekah, waktu sedekah, tujuan serta sasaran sedekah.

Kami mencoba merangkum 10 sedekah utama yang sangat dicintai Allah Ta'ala dan Rasulullah :

1. Sedekah Sirriyyah
Yakni sedekah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Tak ada yang tahu kecuali Allah Ta'ala dan orang yang bersedekah. Sedekah  ini lebih mendekati ikhlas dan selamat dari sifat riya. Allah Subhanahu wa Taala berfirman :
Jika kamu Menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. (QS. Al Baqarah: 271)
Sedekah pada fakir miskin untuk menutupi aib saudara kita yang miskin tersebut. Sehingga tidak tampak di kalangan manusia serta tidak diketahui kekurangan dirinya.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam memuji sedekah sirriyyah sekaligus memuji pelakunya dan memberitahukan bahwa dia termasuk tujuh golongan yang dinaungi Allah Subhanahu wa Taala nanti pada hari kiamat.

2. Sedekah Jariyah
Yakni sedekah yang pahalanya terus mengalir meskipun ia sudah meninggal. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Apabila cucu Adam meninggal, maka terputuslah seluruh amalnya kecuali tiga; sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan atau anak shalih yang mendoakan (orang tua)nya. (HR. Muslim)

Termasuk sedekah jariyah adalah waqaf untuk pembangunan masjid, madrasah, pondok pesantren, pengadaan sarana air bersih, menggali sumur, menanam pohon agar buahnya dapat dimanfaatkan banyak orang dan proyek-proyek lain yang dimanfaatkan secara berkelanjutan oleh masyarakat. Termasuk menyedekahkan mushaf Alquran pada para penghafal di tempat-tempat mereka belajar. Pahalanya tak akan putus walaupun yang bersedekah telah meninggal dunia.

Imam as-Suyuthiy membuatkan syair menyebutkan hal-hal yang bermanfaat bagi seorang sesudah meninggalnya:

Apabila cucu Adam Adam meninggal, maka mengalirlah kepadanya sepuluh perkara;,Ilmu yang disebarkannya, doa anak saleh, pohon kurma yang ditanamnya serta sedekahnya yang mengalir, mushaf yang diwariskan dan menjaga perbatasan, menggali sumur, mengalirkan sungai, rumah untuk musafir yang dibangunnya atau membangun tempat ibadah.

3. Sedekah dalam Kondisi Sehat
Bersedekah dalam kondisi sehat tentu lebih utama dan afdol dibanding berwasiat ketika sudah menjelang ajal, atau ketika sudah sakit parah dan sulit diharapkan kesembuhannya. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki yang datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam bertanya, Wahai Rasulullah, sedekah apa yang paling utama? Beliau menjawab :

Engkau bersedekah dalam kondisi sehat dan berat mengeluarkannya, dalam kondisi kamu khawatir miskin dan mengharap kaya. Maka janganlah kamu tunda, sehingga ruh sampai di tenggorokan, ketika itu kamu mengatakan, Untuk fulan sekian, untuk fulan sekian, dan untuk fulan sekian. Padahal telah menjadi milik si fulan. (HR. Bukhari dan Muslim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelangekspres.com