Kisah Menarik Selat Solo dan 3 Tempat Terenak Menikmatinya
Kisah Menarik Selat Solo dan 3 Tempat Terenak Menikmatinya -Selat Solo Tenda Biru-Instagram
Pada saat itu, masyarakat Solo sulit menyebutkan kata slachtje, sehingga mereka kerap mengucapkannya dengan kata Selat.
BACA JUGA: Top 7! Inilah Daftar Museum Terfavorit di Solo yang Kaya Akan Koleksi Kuno
Awal Terciptanya Selat Solo
Awal kemunculan Selat Solo diketahui berawal sejak pembangunan Benteng Vastenburg yang terletak di depan gapura keraton Surakarta.
Tempat tersebut kerap terjadi pertemuan antara pihak Belanda dan keraton.
Dalam setiap pertemuan selalu disajikan makanan, namun makanan yang ada tidak sesuai dengan selera Belanda yang menginginkan makanan berbahan utama daging.
Sedangkan, raja terbiasa makan dengan sajian sayur dan tidak terbiasa makan daging besar dengan olahan setengah matang.
Alhasil untuk mengatasi hal ini, daging yang semestinya dimasak setengah matang diubah menjadi daging cincang yang dicampur sosis, telur, dan tepung roti.
Bahan-bahan tersebut dicampur lalu dibentuk menyerupai lontong dan bungkus menggunakan daun pisang. Kemudian, daging yang sudah dicampur tersebut dikukus hingga matang.
Daging yang sudah matang didinginkan, kemudian daging diiris tebal dan digoreng menggunakan sedikit margarin.
Pihak keraton melakukan modifikasi olahan daging ala Belanda dengan olahan menu baru yang dikombinasikan dengan sejumlah bahan-bahan, seperti aardappel (kentang), boon (buncis), wortelen (wortel), komkommer (ketimun), ei (telur), sla (slada), sojasous (kuah kecap), dan saus mayones.
Perpaduan ini menjadi makanan khas keraton Solo yang dikenal dengan Selat Solo.
BACA JUGA:Getuk Magelang, Warisan Budaya Pakuning Tanah Jawa
Keunikan Selat Solo
Ciri khas Selat Solo dibandingkan dengan olahan Belanda adalah adanya irisan telur rebus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: