Trend Mahasiswa Bunuh Diri, Ini Kata Psikolog P2TPA Magelang

Trend Mahasiswa Bunuh Diri, Ini Kata Psikolog P2TPA Magelang

Ilustrasi pendampingan untuk mencegah aksi bunuh diri--

MAGELANG, MAGELANGEKPSRES -- Beberapa hari belakangan ini kita digemparkan dengan banyaknya mahasiswa yang bunuh diri.

Hal ini viral di sosial media, baik Tiktok, Instagram, Twitter bahkan Facebook.

Ine selaku konselor di P2TPA (Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak) Magelang menjelaskan banyaknya kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa yaitu bahwa secara psikologi perkembangan, mahasiswa termasuk masa transisi dari remaja ke dewasa awal.

Hal ini tentunya tidak mudah. Proses di mana ia harus bertanggung jawab pada dirinya sendiri, mengemban kepercayaan dari ayah ibunya dan akademik untuk mampu menyelesaikan pendidikan.

“Beban pendidikan yang berat khususnya pada mahasiswa tingkat akhir seringkali memunculkan perasaan cemas dan adanya ketakutan ketidakmampuan untuk menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Selain itu pula ada beban adanya harapan dari keluarga  untuk segera menyelesaikan kuliah,” terang Ine.

BACA JUGA:Kasus Bunuh Diri di Wonosobo Relatif Rendah

“Sehingga mahasiswa menjadi stres atau bahkan depresi dalam menyelesaikan skripsi, belum lagi adanya permasalahan lain yang dihadapi misalkan, lingkungan sosial, ekonomi, hubungan pertemanan, kondisi fisik yang sakit dan lain-lain,” imbuhnya.

Ine juga menerangkan bahwa faktor lainnya yaitu kondisi mudahnya seseorang untuk memutuskan bunuh diri bisa juga dikarenakan kurangnya kepercayaan diri.

Termasuk adanya gangguan kesehatan mental yang mungkin pernah dialami sebelumnya, kurangnya ketangguhan dalam diri orang tersebut untuk bangkit bila menghadapi masalah (kemampuan resiliensi).

“Bunuh diri seringkali dilakukan oleh seseorang akibat putus asa karena ketidakmampuan untuk menjalani tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas atau permasalahan yang ada, tidak menemukan alternatif penyelesaian dan jalan keluar, tidak adanya support sistem yang baik. Sehingga beranggapan dengan bunuh diri akan menyelesaikan masalah,” ujar Ine.

BACA JUGA:Tempat Bundir Mahasiswi UNNES di Semarang Jadi Tempat Angker Dibongkar YouTuber Joe Kal

Konselor P2TPA tersebut juga menjelaskan solusi terkait kasus ini yaitu apabila menghadapi seseorang yang berkeinginan untuk mengakhiri hidup, bentuk bantuan  yang paling penting adalah adanya support sistem, orang terdekat (keluarga, teman) untuk dapat hadir memberi dukungan.

Mereka juga meyakinkan seseorang tidaklah sendirian. Dan pasti akan mampu menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi.

“Kemudian diberi pendampingan oleh ahli (psikiater, Psikolog, konselor, terapis) untuk membantu mengatasi atas kondisi psikologis yang dialami,” imbuhnya. (mg6)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelang ekspres