Sejarah dan Alasan Kuat Rohingya Enggan Kembali ke Negara Asal Mereka Myanmar
Camp pengungsian terbesar di Pulau Bhasan Char Bangladesh yang dipenuhi pengungsi etnis Rohingya selama bertahun-tahun--
MAGELANGEKSPRES -- Belakangan ini pengungsi Rohingya menjadi sorotan publik yang ditolak di berbagai negara, termasuk Indonesia. Banyak yang menganggap bahwa etnis mayoritas beragama Islam itu memiliki sifat yang kurang baik, sehingga banyak menulai gelombang penolakan sebagai pengungsi.
Dilansir dari kanal YouTube Daftar Top, Rohingya merupakan kelompok etnis mayoritas beragama Islam yang telah berabad-abad tinggal di Myanmar.
Mayoritas rohingya hidup di negara bagian termiskin Myanmar yaitu Rakini.
Etnis Rohingya sering mengalami berbagai masa sulit bahkan meski Myanmar sudah merdeka pada tahun 1948.
BACA JUGA:Viral! Pengungsi Rohingya Bikin Kota Suci Mekkah Macam Tumpukan Sampah
Tidak hanya itu, Rohingya sering mengalami marginalisasi dan pengucilan.
Kemudian di tahun 1962 terjadi kudeta militer di Myanmar yang menyebabkan berbagai perubahan dramatis bagi penduduk Rohingya.
Semua warga Myanmar diwajibkan untuk mendapatkan kartu registrasi nasional. Namun, khusus warga Rohingya hanya mendapatkan kartu identitas asing.
Pemerintah Myanmar setelahnya mengusir ribuan muslim Rohingya. Hingga tahun 1978 tercatat lebih dari 200.000 jiwa diusir dari Myanmar.
Posisi mayoritas Rohingya sendiri lebih dekat dengan negara tetangganya yakni Bangladesh hingga tahun 1990-an.
Namun, perlahan mereka mulai meninggalkan Myanmar dan eksodus terbesar terjadi pada tahun 2017 setelah gelombang kekerasan terjadi di negara bagian rahine Myanmar.
Lebih dari 742.000 orang dimana setengah dari mereka adalah anak-anak terpaksa mencari perlindungan di Bangladesh.
Banyak dari mereka harus berjalan kaki sel berhari-hari di dalam hutan dan melalui perjalanan laut yang berbahaya untuk sampai di Bangladesh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: