Doa Bersama Warga Magelang di Alun-alun untuk Para Korban Kekerasan di Boyolali dan Sleman

Doa Bersama Warga Magelang di Alun-alun untuk Para Korban Kekerasan di Boyolali dan Sleman

Ratusan massa yang tergabung dalam Aspirasi Masyarakat Sipil Magelang Raya (Asmara) menggelar aksi dan doa bersama di Alun-alun Magelang, Senin, 8 Januari 2024 malam-Aulia Rifa Urbah -MAGELANG EKSPRES

Ia menambahkan, ada berbagai bentuk ekspresi kekerasan yang muncul dalam berbagai bentuk saat ini, seperti kekerasan antara warga, kekerasan antara warga sipil, kekerasan negara terhadap warga, kekerasan warga terhadap negara,dan kekerasan antara kelompok. 

BACA JUGA:Senam Bersama Warga, Siti Atikoh Disambut Ratusan Ibu-Ibu Sampaikan 3 Program Unggulan

Bentuk-bentuk kekerasan ini terkait dengan kecenderungan untuk mencapai kekuasaan dengan menggunakan kekerasan dan kebencian.

"Politik pengakuan terhadap kesetaraan warga dalam perbedaan diabaikan, yang melanggar prinsip negara hukum," tandasnya.

Ia juga menambahkan, perkembangan ini menunjukkan bahwa implementasi demokrasi di Indonesia belum mampu mengubah kekuasaan yang bersifat narsistik menjadi kekuasaan yang berorientasi pada kepentingan umum.

BACA JUGA:Dua Instansi di Kota Magelang Diubah Namanya, Apa Saja?

Chabib juga menyatakan bahwa insiden kekerasan, arogansi, dan ketidaktertiban, baik yang dilakukan oleh kelompok masyarakat sipil terorganisir maupun aparat keamanan sudah mencoreng citra demokrasi.

Peristiwa yang terjadi pada akhir tahun 2023 menjadi catatan kelam, pesta demokrasi Indonesia.

“Ini menjadi keprihatinan bersama, ada 7 orang yang terkena dampak dari peristiwa tersebut, 1 orang meninggal dan 6 orang dirawat di rumah sakit. Kejadian ini terjadi di Sleman dan Boyolali, dan yang sangat disayangkan adalah bahwa yang terdampak adalah pendukung pasangan 03," papar dia.

Kekerasan yang melibatkan kelompok masyarakat sipil terorganisir dan oknum aparat keamanan merupakan suatu bentuk tindakan yang tidak dapat ditoleransi dan menjadi permasalahan yang sangat serius.

BACA JUGA:Kronologi Kasus Penusukan di Jalan Pahlawan Kota Magelang, Pelaku Ternyata Punya Hutang

"Terlebih lagi, terdapat korban jiwa dalam kejadian ini, yaitu Muhandi Mawanto. Ini merupakan pelanggaran serius terhadap HAM dan memerlukan tindakan tegas dari pihak berwenang di negara ini," katanya.

Seusai acara, ratusan massa pun membubarkan diri dengan tertib. Mereka juga menggelar aksi penyalaan lilin di depan foto almarhum dan berdoa bersama. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelang ekspres