Tradisi Nyadran di Bojong Borobudur, Doa untuk Arwah Leluhur
SADRANAN. Para warga membawa sarang atau berkat untuk dibawa pulang usai acara sadranan.-Hendri Saputra-Magelang Ekspres
BOROBUDUR, MAGELANGEKSPRES - Warga Dusun Bojong, Wringinputih, Borobudur, Kabupaten Magelang, mengadakan kegiatan tradisi Sadranan, Selasa, (20/2).
Tradisi Sadranan digelar di halaman Masjid Bojong. Hadiri sebanyak ratusan orang yang berasal dari warga setempat dan beberapa desa sekitar.
Tradisi Sadranan atau dikenal dengan sebutan Nyadran diartikan oleh sebagian orang sebagai kegiatan membersihkan makam leluhur. Tetapi ada pula yang berupa mengirim doa bagi arwah leluhur.
Selain masyarakat sekitar, ada juga warga kecamatan lain yang memiliki kerabat dan jenazahnya dimakamkan di Dusun Bojong, mereka turut hadir.
BACA JUGA:‘Sedekah Bumi Langit’, Untidar Magelang Tanam Pohon Buah-Buahan di Teaching Farm Kampus Bandongan
Pengunjung berdatangan sejak sekitar pukul 08.00 WIB. Tapi acara hari ini baru dimulai pukul 09.00 WIB. Agenda utamanya adalah tahlil atau membacakan doa bagi sanak famili yang sudah meninggal.
Untuk tradisi itu, tampak adanya kebersamaan dan gotong royong warga setempat.
Setiap keluarga setempat membayar iuran sesuai dengan kemampuannya. Tingkat I sebesar Rp70 ribu/KK, tingkat II Rp50 ribu/KK dan tingkat III Rp40 ribu/KK.
Iuran tersebut dimanfaatkan untuk biaya menyediakan snack dan makan siang bagi peserta.
Selain itu, setiap keluarga juga membawa empat buah sarang atau berkat berisi sembako. Setiap sarang berisi 1 kg beras, gula pasir setengah kg, dua butir telur, sebuah teh bungkus ukuran besar atau dua teh ukuran kecil, dua bungkus mie instan dan satu gelas minyak goreng.
Persediaan sarang atau berkat itu diberikan kepada pengunjung yang hadir. Rata-rata pengunjung yang hadir memberikan sumbangan uang atau amal, dengan cara memasukkannya ke kotak amal yang disediakan panitia.
BACA JUGA:Kemenag Nilai Media Sangat Efektif Bantu Awasi Layanan Publik
Beberapa kotak sumbangan uang dipasang di dekat meja penerima tamu. Selanjutnya tamu akan diberi sebuah kemasan sarang atau berkat mentahan. Dana hasil sumbangan biasanya digunakan untuk perbaikan sarana-prasarana makam.
Kadus Bojong, Kukuh Egha, dalam kesempatan itu memaparkan, uang sumbangan dari Sadranan tahun lalu terkumpul dana sekitar Rp8 juta. Sebagian dana itu telah digunakan untuk membuat pagar makam umum setempat. Sedangkan hasil sumbangan dari Nyadran kali ini sebesar Rp11.150.000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: magelang ekspres