Penerbanan Lampion di Borobudur Tetap Meriah Meski Hujan Rintik Melanda

Penerbanan Lampion di Borobudur Tetap Meriah Meski Hujan Rintik Melanda

BOROBUDUR. Penerbangan lampion menjadi acara puncak dari acara perayaan Waisak 2568 BE/2024, Kamis (23/5). -HENI AGUSNINGTYAS-MAGELANG EKSPRES

MAGELANG, MAGELANGEKSPRES -- Sebanyak 2.568 lampion diterbangkan ke langit kawasan Candi Borobudur, Kamis 23 Mei 2024 malam. Meski gerimis hujan, hal itu tidak menghalangi penerbangan lampion sesi pertama yang dimulai pada pukul 21.15 WIB.

Pemandangan lautan putih pun tampak saat warga penerbang lampion di Lapangan Marga Utama mengenakan pakaian berwarna serba putih.

Koordinator Lampion Waisak, Fatmawati menyebut jumlah lampion yang diterbangkan malam itu 2.568 buah.

BACA JUGA:Umat Buddha Semayamkan Api Dharma Mrapen di Candi Mendut, Sebagai Simbol Pencerahan dan Penyadaran Hidup

Penerbangan lampion dilakukan usai perayaan detik-detik Waisak pukul 20.52 WIB.

"Suasana malam ini agak rintik-rintik. Kami menganggap ini adalah berkah. Hujan hoki. Kita di sini semua mendapat keberkahan dari para Dewa," ujarnya.

Menurut dia, keindahan lampion akan lebih cantik, menarik dan menakjubkan bila diterbangkan bersama-sama.

BACA JUGA:Peringatan Waisak, Candi Borobudur Tetap Buka untuk Wisatawan, Ini Jam Kunjungannya

"Begitu pula dengan kebajikan yang dilakukan oleh satu orang mungkin tidak terlihat. Tetapi apabila kita nyalakan pelita di dalam diri kita masing-masing dan disebarkan untuk semuanya, maka kebajikan itu sebagai sumber-sumber harapan yang maha dahsyat dan berdampak positif," urai Fatmawati.

Warga yang terlibat di sana datang dari berbagai daerah. Begitu pula ribuan warga yang ingin menyaksikan. Bahkan, mereka rela berdesak-desakan.

Keindahan suasana membuat para pengunjung yang berada di luar pagar berebut mengabadikan moment itu dengan kamera ponsel masing-masing.

BACA JUGA:Upacara Nyingma Monlam Chenmo Indonesia di Candi Borobudur, Umat Buddha Sempat Doakan Perdamaian Palestina

Sementara itu, YM Bhikkhu Dhammavuddho mengatakan para pimpinan majelis dan rohaniawan melakukan doa-doa.

"Doa-doa ini dilakukan secara bergantian sebagai wujud daripada harmonisasi sektarian di dalam agama Buddha," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelang ekspres