MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID - Sektor pertanian memperoleh dampak yang paling serius dari perubahan iklim. Adanya perubahan pola curah hujan, peningkatan frekuensi kejadian iklim ekstrem, serta kenaikan suhu udara dan permukaan air laut diyakini mempengaruhi produktivitas pertanian.
Karenanya, Kementerian Pertanian mengajak seluruh pihak untuk melakukan antisipasi, adaptasi, dan mitigasi terhadap perubahan iklim. Tak terkecuali kepada petani milenial yang akan menghadapi tantangan ini di masa mendatang.
“Semua pihak harus bergerak melakukan kolaborasi, adaptasi, dan antisipasi terhadap tantangan yang ada. Termasuk dalam menghadapi cuaca ekstrim El Nino yang diperkirakan berlangsung hingga awal tahun 2024.” ungkap Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo.
Dalam Millenial Agriculture Forum Volume 4 Edisi 19, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menjelaskan bahwa perubahan iklim berdampak pada maraknya serangan hama.
Menurutnya, dampak yang muncul dari perubahan iklim ini tidak akan pernah berhenti, bahkan akan semakin gencar. Untuk itu, Ia mengajak pelaku pertanian mengantisipasinya sejak dini.
“Kita semua antisipasi, adaptasi, mitigasi, sehingga produktivitas pertanian makin tetap aman. Fenomena el nino tidak mungkin kita hindari. Harus dihadapi dengan tenang. keluarkan seluruh energi dan waktu kita!” seru Dedi.
Hadir di Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang, Agus Suprapto, dosen Agroteknologi Universitas Tidar mengajak petani milenial untuk dapat beradaptasi dengan perubahan jaman.
“Global warming dapat dideteksi. Melalui fenomena yang terjadi, seperti banjir, kekeringan akibat panas berlebih. Petani milenial harus mengetahui berbagai aspek yang berkaitan dengan kondisi iklim tersebut.” tutur Agus di MAF (20/5).
Menurutnya, dengan mendeteksi fenomena ini, maka petani dapat mengantisipasinya.
“Pengetahuan iklim harus dikuasai. Agar petani dapat mendeteksi lebih awal, sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman semakin meningkat.” jelasnya
Dalam MAF ini, ia menyebutkan 7 upaya antisipasi perubahan iklim pada sektor pertanian.
“Yang pertama adalah pilihlah tanaman yang sesuai pola hujan. Misalnya menggunakan varietas tahan genangan atau tahan kering. Di samping itu, pilihlah pola tanam sesuai dengan ketinggian tempat.” beber Agus.
Kemudian, ia mengajak petani milenial untuk melakukan sistem pertanian konservasi seperti menanam tanaman penutup tanah, melakukan pergiliran tanaman. Serta membuat waduk/ embung untuk menampung air hujan, sehingga tidak terjadi banjir dan memanfaatkannya untuk irigasi atau lainnya pada saat kekeringan.
Agus juga menganjurkan untuk memanfaatkan informasi dari prakiraan iklim; memetakan daerah rawan banjir/ kekeringan untuk penyusunaan pola tanam dan memilih jenis tanaman yang sesuai; pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah, air permukaan, air bendungan; serta efisiensi penggunaan air (seperti irigasi hemat air).
Diakui oleh Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang, Bambang Sudarmanto, perubahan iklim ini perlu benar – benar dipahami oleh generasi muda agar dapat mempersiapkan diri menghadapi tantangan sektor pertanian. (Osi)