PURWOREJO, MAGELANGEKSPRES – Keberadaan Bank Sampah sangat penting untuk didirikan di setiap desa di Kabupaten Purworejo.
Peran Bank Sampah ini sangat krusial untuk mencegah terjadinya krisis sampah mengingat saat ini setiap harinya ada sebanyak 65 ton sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) Gunung Tumpeng Jetis atau TPA Jetis.
Hal itu mengemuka dalam Bimbingan Teknis tentang Pengelolaan dan Penanganan Sampah, di Balai Desa Pacekelan, Kecamatan Purworejo, kemarin.
BACA JUGA:Wabup Purworejo Ajak Santri Jadi Motor Penggerak Kejayaan Negeri
Bimtek terselenggara atas kerjasama Komisi IV DPR RI dengan Ditjen Pengelolaan Sampah Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.
Anggota Komisi IV DPR RI, Vita Ervina, dalam acara pembukaan menyampaikan bahwa agar daur ulang sampah dapat maksimal, pemilahan sampah harus dilakukan.
Pemilahan sampah ini harus dimulai dari rumah tangga dan desa-desa. Untuk membantu pemilahan sampah ini, peran Bank Sampah sangat dibutuhkan di desa-desa.
"Jenis sampah ini ada banyak, organik, sampah rumah tangga, sampah plastik, sampah B3 (Bahan Beracun Berbahaya) seperti popok, baterai, dan lainnya. Kita bisa memilah sampah mulai dari rumah tangga," katanya.
BACA JUGA:Pekan Raya Purworejo Sambut Hari Jadi ke-75 DPRD
Dengan adanya Bank Sampah ini, nantinya proses daur ulang dapat dimaksimalkan. Jika daur ulang tersebut maksimal, maka krisis sampah dapat dicegah.
Bimtek ini, juga salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah.
"Sekarang ini ketika tidak tahu manfaat dari sampah yang sangat banyak, maka pasti langsung dibuang. Sampah menjadi suatu krisis yang luar biasa, lama-lama bisa menjadi bahaya. Maka kami kerjasama dengan Dirjen, mendorong bagaimana mengelola sampah, karena ini tanggung jawab kita bersama," terangnya.
Disebutkan Vita, tahun 2023 ini sudah ada sekitar 780 juta penduduk di Indonesia. Diperkirakan, hampir 195 ton sampah dihasilkan per hari, dan hampir 65 juta ton sampah per tahun. Namun, sampah yang bisa diolah atau didaur ulang baru sekitar 35 persen.
"Lama-lama ini akan menjadi gunung sampah dimana-mana. Kalau kita mulai dari kita sendiri, budaya tanggung jawab kepada sampah yang dihasilkan, mulai dari tidak membuang smpah sembarangan. Sampah plastik kardus bisa dipilah dan bisa diolah untuk kerajinan," sebutnya.
BACA JUGA:TMMD Reguler ke-118 Ditutup, Pembangunan Jalan Terpanjang se-Indonesia Rampung