‘Sowan Sowanan’, Tradisi Peringatan 1 Muharam Masyarakat Lereng Merbabu

Senin 08-07-2024,16:16 WIB
Reporter : Haryas Prabawanti
Editor : Nur Imron Rosadi

MAGELANG, MAGELANGEKSPRES - Ratusan masyarakat antusias menyaksikan berbagai kesenian rakyat yang ditampilkan pada tradisi 'Suran' di Dusun Sowanan, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang.

Sebagai informasi, Suran adalah wujud syukur masyarakat Desa Ngablak atas anugerah Tuhan Yang Maha Esa dan diperingati setiap pergantian tahun baru Islam atau 1 Muharram.

Acara yang pada 2024 ini mengusung tema Sowan Sowanan tersebut menampilkan beragam kesenian rakyat di antaranya Soreng, Kudalumping dan Warokan.

Selain sajian kesenian rakyat, masyarakat Desa Ngablak juga menggelar upacara gunungan sedekah bumi dan kirab tumpeng.

BACA JUGA:Kemeriahan Grebeg Suro Gunung Tidar, Ini Jadwal dan Agendanya

Disebut gunungan sebab hasil bumi seperti kacang panjang, tomat, kubis dan sayuran lain yang ditanam masyarakat Dusun Sowanan dibentuk menyerupai gunung.

"Tradisi ini sudah berlangsung sejak lama, sebagai wujud syukur kami kepada Tuhan sekaligus berdoa agar selalu diberi keselamatan," kata sesepuh Dusun Sowanan, Wagiyo saat ditemui Magelang Ekspres, Minggu 8 Juli 2024.

Selain itu, tradisi Suran juga menjadi kesempatan seluruh masyarakat Dusun Sowanan untuk berkumpul dan bersilaturahmi.

"Masyarakat yang berasal dari sini, kemudian pindah ke desa lain juga akan datang untuk Suran, jadi bersyukur sekaligus refleksi atas perbuatan yang sudah dilakukan selama 1 tahun terakhir," ujarnya.

BACA JUGA:Memasuki Liburan Sekolah dan Menjelang 1 Suro, Pengunjung Kebun Raya Gunung Tidar Naik 45 Persen

Sementara itu, sejarawan Universitas Sebelas Maret (UNS), Rendra Agusta menyebut, tradisi Suran juga dilakukan diberbagai daerah, namun menyesuaikan karakter masyarakatnya.

"Magelang khususnya di Lereng Merapi-Merbabu masyarakatnya didominasi petani dan letak geografisnya berada di gunung, maka tradisi yang berkembang seni kerakyatan dan upacara adatnya gunungan sedekah bumi," ujarnya.

Menurut Rendra, hal tersebut berbeda dengan wilayah Solo dan Jogja yang identik memperingati malam 1 Suro dengan kirab pusaka.

BACA JUGA:Menikmati Keindahan Candi Borobudur Dari Ketinggian Di Puncak Suroloyo, Wisata Penuh Pesona Alam Di Magelang

"Kesenian yang berkembang juga genre-nya menceritakan perjuangan dan menggambarkan keprajuritan seperti Soreng, karena banyak leluhurnya yang diyakini sebagai prajurit Aryo Penangsang," kata dia.

Meski demikian, Rendra menyebut, inti dari perayaan malam 1 Suro tetap sama, yakni refleksi dan syukur.

"Hanya perwujudannya saja yang berbeda, sama-sama memperingati pergantian 1 Muharam," pungkasnya. (*)

Kategori :