Kisah Inspiratif Wisudawan Untidar Magelang Ber-IPK 3,99 Ingin Cepat Lulus Demi Adiknya

Di balik kisah Ayu, Untidar menampilkan wajah perguruan tinggi yang memberi ruang pada mereka yang datang bukan dari garis start yang sama.

Dari 517 wisudawan, 331 di antaranya meraih predikat cumlaude, berasal dari 20 program studi dan lima fakultas.

Ini menjadi penanda bahwa capaian akademik bukan milik kalangan tertentu, tetapi hasil dari ekosistem pendidikan yang terbuka dan mendorong.

BACA JUGA:Cinema XXI Segera Hadir di Kota Magelang, Kejayaan Masa Lalu yang Kembali Terbit

Salah satu yang menonjol adalah Amar Ma’ruf, wisudawan S2 Pendidikan Bahasa Indonesia yang meraih IPK sempurna, 4,00, dan menuntaskan studi dalam waktu 1 tahun 9 bulan 30 hari.

Capaian itu mencerminkan kualitas pendidikan tidak semata tergantung pada nama besar institusi, melainkan juga pada semangat kolektif dosen, mahasiswa, dan lingkungan kampus yang saling mendukung.

Rektor Untidar, Prof Sugiarto, menyisipkan petuah dalam tembang Jawa: “Dondong opo salak, duku cilik-cilik. Gendong opo pundak, mlaku timik-timik.”

BACA JUGA:Tanamkan Budaya Anti-Rasuah, Inspektorat Kota Magelang Gandeng PWI Buka Lomba Video dan Karya Jurnalistik

Sebuah nasihat yang mengingatkan para wisudawan agar berani melangkah sendiri, meski pelan, tanpa terus bergantung pada pundak orang tua.

Mandiri, namun tetap berpijak pada nilai budaya.

Satu hal lain yang mencolok dari wisuda kali ini adalah keberagaman latar belakang geografis para lulusan.

BACA JUGA:Plat Palsu Diduga Seliweran di Kota Magelang, Ini Ciri dan Sanksi Pelanggarnya

Semakin banyak mahasiswa datang dari luar Jawa, ada dari Sumatera Utara, Riau, Bangka Belitung, hingga Kalimantan Timur.

Hal tersebut menunjukkan bahwa Untidar telah menjelma menjadi ruang tumbuh bersama, yang melintasi sekat-sekat kedaerahan.

"Untidar bukan lagi milik Magelang atau Jawa Tengah. Ini kampus Indonesia," kata Prof Sugiarto.

Sumber: magelang ekspres