Amalan yang Tidak Ada Tuntunan di Bulan Sya’ban

Amalan yang Tidak Ada Tuntunan di Bulan Sya’ban

Amalan yang Tidak Ada Tuntunan di Bulan Sya’ban--

Amalan yang Tidak Ada Tuntunan di Bulan Sya’ban

Saat ini banyak amalan yang tidak ada tuntunan dari Nabi shallallahu ‘alaihi  wa sallam yang tumbuh subur di bulan Sya’ban. Mendekati atau dalam rangka menyambut bulan Ramadhan, sebagian umat Islam mengerjakan sejumlah amalan yang tidak ada tuntunan dari Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam.

Bisa saja mereka hanya mengikuti ajaran dari warisan leluhur yang dianggap benar. Atau bisa jadi ajaran tersebut didasarkan pada hadits dho’if (lemah) atau maudhu’ (palsu).
Itulah pentingnya ilmu. Seseorang harus berilmu baru beramal. Orang yang beramal tanpa ilmu bisa tersesat.

Diantara amalan yang tidak ada tuntunan di bulan Sya’ban adalah :

1. Kirim doa untuk kerabat yang telah meninggal dunia dengan membaca yasinan atau tahlilan.

di masyarakat Jawa, tradisi ini  dikenal dengan Ruwahan karena Ruwah (sebutan bulan Sya’ban bagi orang Jawa) berasal dari kata arwah sehingga bulan Sya’ban identik dengan kematian.

Di beberapa daerah, khususnya di Jawa, tradisi seperti ini sulit dihilangkan. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat tidak pernah mencontohkannya.

2. Menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan shalat dan doa.

Terkait malam Nishfu Sya’ban sendiri ada beberapa hal yang perlu dimengerti.

Sehingga kita tidak terjebak dalam kesesatan.

A. Tidak ada satu dalil pun yang shahih yang menjelaskan keutamaan malam Nishfu Sya’ban. Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Tidak ada satu dalil pun yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Dan dalil yang ada hanyalah dari beberapa tabi’in yang merupakan fuqoha’ negeri Syam.” (Lathoif Al Ma’arif, 248). Juga yang mengatakan seperti itu adalah Abul ‘Ala Al Mubarakfuri, penulis Tuhfatul Ahwadzi.

Contoh hadits dho’if yang membicarakan keutamaan malam Nishfu Sya’ban, yaitu hadits Abu Musa Al Asy’ari, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ لَيَطَّلِعُ فِى لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ

“Sesungguhnya Allah akan menampakkan (turun) di malam Nishfu Sya’ban kemudian mengampuni semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik atau orang yang bermusuhan dengan saudaranya.” (HR. Ibnu Majah no. 1390). Penulis Tuhfatul Ahwadzi berkata, “Hadits ini  munqothi’ (terputus sanadnya).” [Berarti hadits tersebut dho’if/ lemah].

B. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَخْتَصُّوا لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ بِقِيَامٍ مِنْ بَيْنِ اللَّيَالِى وَلاَ تَخُصُّوا يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِصِيَامٍ مِنْ بَيْنِ الأَيَّامِ

“Janganlah mengkhususkan malam Jumat dari malam lainnya untuk shalat. Dan janganlah mengkhususkan hari Jumat dari hari lainnya untuk berpuasa.” (HR. Muslim no. 1144).

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: