Mencari Lailatul Qadar dengan Meneladani Rasulullah di 10 Hari Terakhir Ramadhan

Mencari Lailatul Qadar dengan Meneladani Rasulullah di 10 Hari Terakhir Ramadhan

Mencari Lailatul Qadar dengan Meneladani Rasulullah di 10 Hari Terakhir Ramadhan--

MAGELANG EKSPRES-Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan umatnya untuk berburu Lailatul Qadar pada 10 terakhir bulan Ramadhan. Hendaklah kita memanfaatkan waktu 10 hari tersebut dengan beribadah dan mengerjakan amal-amal shaleh yang disyariatkan.

Jangan pilih-pilih hanya pada tanggal-tanggal tertentu, baik ganjil ataupun genap. Beribadah dan beramal shaleh full selama  10 hari terakhir bulan Ramadhan. Sebab, kita tidak tahu waktu kapan Lailatul Qadar terjadi. Hanya Allah yang tahu. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah memberikan rambu bahwa Lailatul Qadar terjadi pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan.

Sehingga di sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah momen yang baik untuk banyak beramal. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mencontohkan hal ini. Beliau lebih semangat beramal di akhir-akhir Ramadhan. Alasanya, karena setiap amalan dinilai dari akhirnya dan supaya mendapati lailatul qadar.

BACA JUGA:Bekal Meraih Lailatul Qadar

Lailatul Qadar di 10 Hari Terakhir Ramadhan

Lailatul Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 2020 dan Muslim no. 1169)

Terjadinya lailatul qadar di malam-malam ganjil lebih memungkinkan daripada malam-malam genap, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 2017)

Lebih Serius dalam Ibadah di 10 Hari Terakhir Ramadhan

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: – كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ -أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ, وَأَحْيَا لَيْلَهُ, وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika memasuki 10 Ramadhan terakhir, beliau bersungguh-sungguh dalam ibadah (dengan meninggalkan istri-istrinya), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” Muttafaqun ‘alaih. (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174).

Hadits di atas menunjukkan keutamaan beramal shaleh di 10 hari terakhir dari bulan Ramadhan. Sebab sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan punya keistimewaan dalam ibadah dari hari-hari lainnya di bulan Ramadhan. Ibadah yang dimaksudkan mencakup shalat, dzikir, dan tilawah Al Qur’an.

BACA JUGA:Meneladani Shalat Malam dari Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam

Hadits tersebut juga menunjukkan anjuran membangunkan keluarga yaitu para istri supaya mendorong mereka melakukan shalat malam. Lebih-lebih lagi di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: